Bayi Es

By , Selasa, 21 April 2009 | 16:19 WIB

Para pegawai yang berterima kasih menamainya Lyuba, sama dengan istri Khudi.!break!

PETUNJUK DI GIGITikhonov tahu orang yang paling tertarik pada temuan ini pastilah Dan Fisher, kolega Amerikanya di University of Michigan. Fisher seorang paleontolog berusia 59 tahun yang pendiam. Pria berjenggot putih kaku dan bermata hijau cerdas ini sudah mengabdikan sebagian besar dari 30 tahun terakhirnya untuk memahami kehidupan mamut dan mastodon dari kala Pleistosen, dengan cara memadukan studi fosil dengan riset eksperimental langsung. Karena ingin tahu cara pemburu Paleolitikum menyimpan daging mamut agar tidak basi, Fisher menyembelih seekor kuda beban dengan peralatan batu yang ditatahnya sendiri, lalu dagingnya disimpan dalam kolam penyimpanan. Daging tersebut diawetkan secara alami oleh mikrob laktobasilus yang ada di dalam air, sehingga mengeluarkan bau sedikit asam seperti pekasam yang mengusir pemakan bangkai bahkan di saat daging terapung kembali ke permukaan. Untuk menguji apakah daging itu masih bisa dimakan, Fisher mengiris dan makan steik dari daging itu dua pekan sekali mulai dari Februari hingga pertengahan musim panas, memperlihatkan bahwa para pemburu mamut mungkin menyimpan hasil buruan mereka dengan cara yang serupa.

Tikhonov mengundang Fisher ke Salekhard pada Juli 2007, bersama Bernard Buigues, seorang pemburu mamut Prancis yang membantu mengatur studi ilmiah terahdap beberapa mamut yang ditemukan sebelumnya. Baik Fisher maupun Buigues telah memeriksa beberapa spesimen yang lain, termasuk bayi. Namun, semuanya dalam kondisi yang relatif buruk, dan tidak banyak pemeriksaan yang dapat dilakukan. Lyuba sangat berbeda ceritanya.

“Saat pertama melihatnya,” ujar Fisher, “yang pertama terpikir, Ya Tuhan, sempurna sekali—bahkan bulu matanya pun masih ada! Seakan-akan dia sedang tertidur. Tiba-tiba, makhluk yang selama ini susah payah kubayangkan tergeletak di hadapanku, dapat kusentuh.” Selain kehilangan rambut dan kuku, serta kerusakan yang terjadi pasca penemuan, satu kekurangan pada penampilannya yang sempurna itu hanyalah lekuk aneh di wajahnya, tepat di atas belalai. Akan tetapi, kondisi secara umum serta punuk lemak tebal di tengkuk menunjukkan bayi itu berada dalam kondisi prima saat menemui ajal. Pemeriksaan yang lebih mendalam terhadap gigi, organ dalam, isi perut, dan beberapa hal lainnya menjanjikan banyak informasi baru mengenai biologi dan cara hidup mamut normal.!break!

Fisher terutama tertarik pada satu bagian khusus dari anatomi Lyuba: gading susunya. Gading merupakan gigi seri termodifikasi yang terus tumbuh berlapis-lapis sepanjang hayat binatang tersebut. Selama 30 tahun mempelajari gading mamut, Fisher menemukan bahwa lapisan ini bertambah secara bertahap setiap tahun, minggu, dan bahkan hari. Lapisan itu, seperti lingkaran kambium pohon, berisi catatan terperinci mengenai riwayat hidup binatang tersebut. Lapisan yang tebal menandakan gemah ripah rumput musim panas, sementara yang tipis menunjukkan masa paceklik di musim dingin. Dari menipisnya lapisan tersebut secara mendadak sekitar tahun ke-12, Fisher dapat mengetahui kapan jantan muda mencapai kematangan seksual dan diusir oleh induknya dari kawanan matriarkal; beberapa tahun kemudian terlihat tanda-tanda pertempuran sengit antara mamut meta dewasa yang memperebutkan pasangan. Akhirnya, pada lapisan di pangkal gading yang terbentuk paling akhir, Fisher memperoleh petunjuk mengenai cara binatang tersebut menemui ajalnya—lapisan yang perlahan menipis disebabkan oleh cedera, sakit, atau tekanan lingkungan, sementara jika tetap terlihat bagus berarti mati mendadak. Dia juga mendapati bahwa tingkat unsur kimia dan isotop tertentu di gading memberikan data tentang pakan binatang tersebut, situasi iklim, bahkan perubahan lokasi yang signifikan seperti migrasi.

Sepanjang kariernya, Fisher telah mengambil ratusan sampel gading dan dia yakin gading-gading tersebut mengandung jawaban bagi misteri kepunahan besar di kala Pleistosen akhir. Setidaknya di kawasan Great Lakes di Amerika Utara, tempat sebagian besar sampelnya ditemukan, gading mamut dan mastodon memperlihatkan bahwa binatang-binatang tersebut terus berkembang biak, walau terjadi perubahan iklim pada Pleistosen akhir. Di sisi yang lain bagi Fisher, gading itu sering menjadi pertanda adanya perburuan oleh manusia. Sampelnya dari akhir masa kejayaan mamut biasanya berasal dari hewan yang mati pada musim gugur. Saat itu mamut seharusnya memiliki kondisi fisik terbaik setelah merumput selama musim panas, dan kecil kemungkinan mati secara alami. Akan tetapi, saat itu juga manusia pemburu sibuk mengumpulkan cadangan pangan untuk musim dingin yang akan tiba. Gading-gading ini umumnya berasal dari mamut jantan, yang seperti gajah yang masih ada sekarang, mungkin hidup menyendiri dan lebih mudah diburu daripada betina yang hidup dalam kawanan matriarkal. Banyak jasad yang ditemukan dalam rawa gambut atau dalam air, yang menurut Fisher menjadi tempat pengawetan daging kaum pemburu awal. Spesimen Amerika Utara juga memperlihatkan rata-rata usia dewasa semakin rendah seiring waktu, yang menurut Fisher mungkin juga disebabkan oleh maraknya perburuan. Dia tak banyak melakukan penelitian di Siberia, tetapi pengukurannya terhadap gading dari Pulau Wrangel di lepas pantai Siberia timur laut, tempat mamut terakhir mati 3.900 tahun lalu, memberikan kesimpulan yang serupa.!break!

Bagaimanapun, satu persoalan dalam menafsirkan gading mamut adalah gadingnya hampir tak pernah ditemukan terpasang pada binatangnya sendiri, sehingga itu menyulitkan Fisher dalam menguji kebenaran teorinya tentang kesehatan dan usia mamut. Kondisi Lyuba yang luar biasa awet sepertinya akan mengubah hal tersebut. Dengan memberi bukti langsung tentang pakan dan kondisi kesehatannya, isi perut dan usus serta banyaknya lemak di tubuhnya dapat menjadi penegasan independen bagi "jurnal" singkat pola makan yang tercatat dalam gading susunya yang belum keluar. “Dalam kasus ini kami tidak memerlukan mesin waktu untuk melihat seberapa akurat hipotesis kami,” ujar Fisher. Bahkan, karena gading susu tumbuh sejak awal kandungan hingga sekitar saat dilahirkan, Lyuba dapat memberi wawasan baru tentang periode kunci dalam hidup mamut: saat dalam kandungan (diperkirakan 22 bulan, berdasarkan lama kehamilan gajah), serta saat kelahirannya. Sebagai peristiwa traumatis bagi mamalia, momen kelahiran tercatat dalam struktur mikro gigi berupa garis neonatal yang terlihat jelas. Dengan membandingkan perkembangan gading susu milik Lyuba dengan gajah, pada awalnya para ilmuwan memperkirakan Lyuba berusia empat bulan saat menemui ajal. Dengan menghitung penambahan lapisan gading setelah garis neonatal, usianya akan diketahui secara lebih akurat.

Fisher juga tertarik pada misteri forensik tentang bagaimana dan mengapa mamut kecil yang sehat itu mati muda—dan apakah hal itu terkait dengan lekuk dalam yang aneh di wajahnya. “Ciri tersebut langsung terlihat, walaupun pada saat itu saya tak dapat membayangkan apa arti dan penyebabnya,” kata Fisher.

Untuk memulai analisis, sampel jaringan Lyuba dikirim ke Belanda untuk menjalani penanggalan karbon-14 yang memperlihatkan bahwa bayi mamut itu mati sekitar 40.000 tahun lalu. Namun, agar para ilmuwan dapat meneliti dengan lebih saksama, Lyuba sendiri harus berangkat. Pada Desember 2007 Buigues mengatur agar spesimen tersebut dikirim ke Jepang dalam kontainer berpendingin untuk menjalani pindai tomografi komputer oleh Naoki Suzuki dari Fakultas Kedokteran Universitas Jikei. Pemeriksaan tersebut memastikan bahwa kerangka, gigi, dan jaringan lunak Lyuba tidaklah rusak dan sebagian besar organ dalamnya tampak utuh. Sementara itu, ujung belalai, kerongkongan, mulut, dan saluran napasnya berisi endapan padat. Itu membuat Fisher menarik kesimpulan bahwa binatang itu menemui ajal karena mengalami asfiksia (tubuh kekurangan oksigen) di dalam lumpur. Pemindaian juga menunjukkan sejumlah bercak tidak tembus sinar X pada jaringan lunaknya serta distorsi pada tulang-tulang tertentu. Beberapa anomali ini menggarisbawahi teka-teki lain: Setelah 40 alaf terbenam dalam tanah—dan entah berapa lama berada di permukaan—mengapa kondisi Lyuba masih sangat awet?!break!

Kondisi Lyuba yang mengagumkan itu tampak semakin penuh tanda tanya pada Mei 2008, saat Fisher dan Buigues mengunjungi Sungai Yuribey. Tak jauh di hulu beting tempat Lyuba ditemukan, terdapat tebing curam yang bagian bawahnya terus ke atas tak henti digerus air sungai. Bongkah-bongkah lapisan tanah beku, beberapa ada yang sebesar rumah, menggantung di tepi tebing itu. Mungkin Lyuba beku di dalam bongkah seperti itu, yang jatuh ke sungai saat musim panas sebelumnya, mengapung ke hilir, dan akhirnya terdampar di beting ketika sungai yang meluap karena lelehan es akhirnya mencapai ketinggian itu. Tinggal satu masalah: Anak Yuri Khudi menemukan Lyuba di sana pada Mei 2007, sebelum es musim semi mencair. Selain dia naik dari alam bawah dan berjalan sendiri ke beting itu, Satu-satunya penjelasan adalah, Lyuba terbebas dari es abadi dan terdampar di beting itu hampir setahun sebelum ditemukan, saat es mencair pada Juni 2006. Bagi Fisher, saat berdiri di tempat itu dua tahun kemudian, hal itu tidak masuk akal.

“Dia tergeletak di tepi sungai ini selama itu,” katanya kepada Buigues, “termasuk terkena sinar matahari sepanjang musim panas. Mengapa tidak membusuk atau dimakan binatang?”

Fisher dan Buigues sudah mengerahkan segala daya untuk memahami keadaan saat bayi mamut itu menemui ajalnya serta keawetannya yang misterius. Jawaban selanjutnya harus datang dari Lyuba sendiri.!break!