Habis Karst Terbitlah Nestapa

By , Jumat, 24 April 2009 | 13:21 WIB

LELAKI tua itu berjalan tertatih. Jemarinya meremas erat batang bambu melengkung yang melintangi pundak. Di kedua ujung bambu itu bergelayut dua jerigen air berukuran besar. Keringat mengalir deras, saat sang lelaki tua menuruni jalan setapak. Sesekali ia berhenti, karena telapak kakinya yang tak beralas itu menginjak sudut runcing batu cadas. Seperti sebagian besar warga Desa Becok, Tegal Rejo, Tuban, Karyadi (55 tahun) bekerja sebagai penambang batu kumbung—batugamping untuk dijadikan pondasi bangunan dan batu bata. Sambil mengunyah sejumput tembakau, bertabur kapur yang terbungkus daun sirih, Karyadi kemudian menyeruak ke lorong tambang sedalam 10 meter di bawah permukaan tanah.!break!

Selama 14 jam sehari, Karyadi membanting tulang, mengiris, membelah, mengepras dinding batugamping menjadi bongkahan batu-batu berbentuk kubus berukuran 1,5 x 1,5 meter. Pada akhirnya bongkahan-bongkahan tersebut dipotong rata, kecil-kecil seukuran bata. Selama bekerja, Karyadi sesungguhnya menggadang nyawa. Runtuhnya dinding kerap membayangi penambang batu kumbung. Dalam setahun, sedikitnya sembilan penambang Desa Becok menjemput ajal.

Tradisi menambang kumbung di tempat ini lahir begitu saja. Praktis karena desakan ekonomi. Orang tua Karyadi sebenarnya adalah petani. Begitu pula ratusan penambang lainnya. Namun, lahan sawah yang semakin sempit dan diperparah kondisi tanah yang semakin tandus membuat sebagian warga desa Becok berduyun jadi penambang. “Inilah pekerjaan terbaik,” kata Karyadi tersenyum dalam wajah berpupur putih debu gamping.

Terbaik menurut Karyadi adalah 20 ribu rupiah. Inilah upah yang biasa ditukar dengan jam kerja nonstop sepanjang hari. Upah ini ia terima dari bos toko material yang biasa mengepul hasil tambangnya. Tiap batang batu kumbung hanya dihargai 200 rupiah. Belum lagi upah angkut dari lokasi tambang ke toko-toko material yang dibebankan pada penambang.

Bersisian dengan lokasi tambang rakyat berdiri lokasi tambang milik UD Makario Utama. Meski mengklaim diri berskala kecil, Makario Utama menggunakan alat berat. Mulai dari alat keruk hingga truk-truk yang mengular di lokasi tambang.!break!

Sebenarnya masyarakat Desa Becok telah memerotes keberadaan tambang. Mereka menuntut agar aktivitas penambangan dolomit di gunung kapur segera dihentikan, karena merusak lingkungan karst di sana. Dasar pertimbangannya: tidak jauh dari lokasi tambang ada sumber air utama bagi warga Becok. Tersembul di sebuah bukit karst berpuncak datar—ciri karst wilayah Tuban—mata air ini berkualitas tinggi. Jernih karena sedimen yang ada terperangkap dalam material rekahan—salah satu ciri utama mata air daerah karst. Debitnya pun stabil meskipun hujan terakhir kali jatuh pada empat bulan sebelumnya.

Jelaslah, mata air ini, jadi napas buat warga Becok. Selain buat minum dan kehidupan sehari-hari, airnya juga dipakai mengairi 20 hektare areal ladang. “Kini mengering dan menjadi mata air musiman,” jelas Enggan (30 tahun), salah seorang warga. Walaupun aktivitasnya diprotes, Makario Utama memiliki dasar pula. “Kami punya izin,” ucap Usman, seorang kepala proyek sambil mengembuskan kepulan asap rokok kretek. “Mulai dari Surat Izin Penambangan Daerah hingga Hak Guna Usaha,” lanjutnya. Lebih dari itu, selama ini Makario telah memberikan toleransi dengan tetap memperbolehkan aktivitas penambangan tradisional oleh warga Becok di areal 10 hektare lahan milik perusahaan. Meski sudah digarap selama delapan tahun, bukit karst ini masih dapat ditambang hingga 5-6 tahun ke depan. “Siapa yang tahu akan habis?” tanya Usman. Ia menghamburkan kembali asap rokok yang diisapnya.

Karst adalah bentang alam unik yang berkembang pada bantuan mudah larut—terutama batugamping—karena proses karsifikasi. Air hujan plus karbondioksida akan melarutkan batugamping sehingga di permukaan terbentuk aneka jenis bukit dan lembah. Di bawah permukaan pun berkembang sistem per-gua-an dan sungai bawah tanah. Proses karsifikasi ini berlangsung selama jutaan tahun sehingga menghasilkan bentangan alam seperti yang ada sekarang.

Istilah karst diadopsi dari bahasa Yugoslavia/Slovenia. Istilah aslinya adalah “krst/krast”—terdiri dari kar (batuan) dan hrast (oak) yang merupakan nama suatu kawasan di perbatasan Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat Kota Trieste. Istilah ini digunakan pertama kali oleh pembuat peta-peta Austria pada 1774 sebagai tautan nama untuk daerah berbatuan gamping berhutan.!break!

Istilah karst akhirnya dipakai untuk menyebut semua kawasan berbatuan gamping di seluruh dunia yang mempunyai keunikan dan spesifikasi yang sama. Keanekaan hayati maupun nirhayati kawasan karst merupakan unsur penting di Bumi. Begitu pentingnya sehingga pada 1997, International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengukuhkan karst sebagai kawasan yang harus dilestarikan.

Di Tuban, Jawa Timur, terdapat sebuah contoh lain mengenai pemanfaatan kawasan karst yang seharusnya dilindungi ini. Tuban memang memiliki 123 ribu hektare bentang alam karst berupa pegunungan kapur.Banyak kalangan menilai, kawasan kapur di Tuban menyimpan potensi tambang besar dan strategis. Simak APBD Tuban tahun lalu: Dari total pendapatannya, 542 miliar, seperlimanya disumbangkan oleh sektor pengolahan, khususnya tambang. Kontribusi tambang sendiri menempati posisi kedua dengan 110 miliar rupiah, di bawah pertanian (142 miliar). Di sektor tambang inilah PT Semen Gresik Tbk yang paling banyak memberikan kontribusi: tak kurang dari 80 miliar rupiah.

Gelontoran dana dari PT Semen Gresik buat pendapatan pemda Tuban sepertinya akan terus melonjak. Perlu dicatatat bahwa konsumsi semen dalam negeri terus meningkat. Pada tahun lalu, tercatat 38 juta ton semen dibutuhkan buat industri nasional. Tahun lalu pula, Semen Gresik di Tuban memeroduksi tak kurang dari 8,9 juta ton. Sukses ini berbuah manis dengan ditetapkannya perusahaan tersebut sebagai pabrik dengan produksi terbaik se-Asia Tenggara sepanjang 2008.

Bupati Tuban, Haeny Relawati, tahu betul potensi kawasannya. Lantaran itu, dirinya mendukung rencana pembangunan pabrik semen PT Holcim Indonesia Tbk. Berlokasi di empat desa yakni Sawir, Mliwang, Kedungrejo, Dasin, dan Gaji, pabrik Holcim membutuhkan lahan tanah seluas 1.075 hektare. Dari jumlah tersebut tinggal 177,9 hektare yang masih diproses pembebasannya. Tahun ini pembangunan pabrik akan dimulai dengan nilai investasi tak kurang dari 3,13 triliun rupiah.!break!