Permata di Dua Mahkota

By , Jumat, 1 April 2011 | 14:03 WIB

Masa lalu tak pernah berlalu di Sevastopol. Masa lalu berkibar di tiang bendera dan tersampir di kursi penonton pawai pada hari raya patriotik. Masa lalu juga bersemayam di monumen perang dan dipajang di rambu-rambu: Alun-alun Lenin, Para Pahlawan Jalan Stalingrad, Bioskop Moskwa. Masa lalu bahkan menggelegak di dalam panci sup borscht.

Lihat saja makanan pokok Eropa Timur tersebut yang dimasak Galina Onischenko. "Ini borscht Rusia," katanya sambil meletakkan mangkuk porselen berisi borscht "hijau" atau borscht musim panas, yang mengandung bit, wortel, dan tomat, serta ditaburi adas manis. "Bukan lemak babi berbumbu bawang putih, seperti borscht Ukraina."

Galina, nenek 70 tahun yang berambut putih bagai awan dan bermata tegas sebiru bunga cornflower, baru pulang ke apartemen tanpa lift di lantai lima. Tadi dia berpawai di Jalan Lenin sambil melambaikan bendera Angkatan Laut Rusia untuk mendukung Armada Laut Hitam yang dicintainya. "Sevastopol adalah kota Rusia, dan kami tak akan pernah menerima kenyataan bahwa kota ini dikuasai Ukraina," katanya.

Meski Galina pasti tidak setuju, menurut sejarawan makanan Rusia V. V. Pokhlebkin, borscht berasal dari Ukraina. Borscht, sup yang warna merah pekatnya dihasilkan akar bit. Galina juga pasti tidak setuju, Sevastopol, kota di Krimea, milik Ukraina pula.!break!

Semenanjung Krimea adalah berlian yang menggantung pada rantai tipis Tanah Genting Perekop dari pantai selatan Ukraina, dalam dekapan Laut Hitam, di garis lintang yang sama dengan Prancis selatan. Krimea yang hangat, indah, rimbun, dengan pantai tebing berkilauan  yang melengkung elok—itulah permata Kekaisaran Rusia, tempat berlibur para Tsar Romanov, tempat bermain para petinggi Politburo. Secara resmi disebut Republik Otonom Krimea, tempat ini memiliki parlemen dan ibu kota sendiri, Simferopol, tetapi berada di bawah perintah Kiev.

Secara fisikdan politik, Krimea milik Ukraina. Secara mental dan emosional, Krimea mirip dengan Rusia dan, tulis seorang jurnalis, memberi "kesempatan unik bagi orang Ukraina untuk merasa seperti orang asing di wilayahnya sendiri." Krimea mencerminkan gigihnya kenangan—betapa masa lalu dapat tetap hidup dan merusak.

Pada 1954 Nikita Sergeyevich Khrushchev, Kepala Partai Komunis Uni Soviet, menandatangani perjanjian yang menyerahkan Krimea kepada Ukraina sebagai tanda itikad baik. Galina berusia 14 tahun saat itu.

"Ilegal," katanya saat ditanya tentang penyerahan itu. "Waktu itu tidak diadakan referendum. Tidak ada pengumuman. Tahu-tahu saja terjadi."

Apa pikiran Khrushchev?

"Dia tidak berpikir," tukas Galina. "Isi kepala Khrushchev cuma cecunguk."!break!

Krimea memang hadiah bagus, tapi hampa. Saat itu Ukraina masih bagian dari Uni Soviet. "Orangtuaku membahas pengalihan itu, tetapi kami tidak cemas," kata Galina. Moskwa masih berkuasa. Tak ada yang pernah membayangkan bahwa Uni Soviet akan runtuh pada 1991, saat Krimea terseret keluar dari kekuasaan Rusia bersama Ukraina yang merdeka.

Apakah Anda rindu pada Uni Soviet? Tanya saya kepada Galina, saat dia mengenang kestabilan kehidupan di bawah Uni Soviet. Harga barang rendah, meski itu hasil subsidi. "Sekilo gula harganya 78 kopek," katanya. "Mentega hanya 60! Sekarang bahkan tak saya beli." Pendidikan dan perawatan kesehatan juga gratis. Soal liburan: "Saya bisa ke sanggraloka"—sekarang mustahil, dengan pensiun bulanan hanya sejuta rupiah lebih.

"Benar, kami merindukan Uni Soviet," katanya. "Tapi negara itu tak mungkin kembali, sedalam apa pun kami menginginkannya. Kami hanya bisa toskavat."