Nationalgeographic.co.id - Sains memberkahi ragam teori terkait asal mula kehidupan di planet Bumi. Sebelumnya, dilaporkan planet kita menjadi planet air yang tak memiliki daratan sama sekali pada 3,2 miliar tahun lalu.
Kemudian planet ini mengalami masa pendinginan yang disebut zaman es, yang tidak hanya terjadi dalam satu masa saja.
Lewat laporan studi di Nature Communications yang diterbitkan Rabu (07/07/2021), para ilmuwan menemukan bahwa Bumi pernah menjadi bola salju raksasa. Lalu, ketika orbit Bumi mengalami perubahan, planet bola salju ini memungkinkan memunculkan kehidupan kompleks dan berkembang selama babak iklim yang paling tidak bersahabat di planet ini.
Para ilmuwan multidisiplin ini berasal dari Chinese Academy of Sciences, Curtin University Australia, University of Southampton, University of Hong Kong, Eberhard Karls University Tübingen di Jerman, dan China University of Mining and Technology Beijing.
Mereka mempelajari suksesi batuan yang terbentuk selama Bumi tertutup es selama masa galasial terparah. Mereka merujuk pada penanggalan masa bumi bola salju raksasa yang terjadi 50 juta tahun yang lalu.
Salah satu batuan itu berada di pedalaman South Australia yang telah ditargetkan untuk menjadi unit penelitian mereka. Diperkirakan batuan setebal satu kilometer ini terbentuk 700 juta tahun lalu.
"Salah satu tantangan paling mendasar bagi teori Bumi Bola Salju adalah bahwa kehidupan tampaknya telah bertahan," kata Thomas Gernon, salah satu penulis studi dari University of Southampton.
Alasannya, Australia saat ini terletak lebih dekat ke khatulistiwa dan memiliki iklim yang lebih tropis di areal batuan itu. Batuan itu mereka anggap menjadi bukti tegas bahwa lapisan es meluas sampai area khatulistiwa saat ini, yang menguatkan bahwa Bumi pada masanya benar-benar bola salju raksasa.
Baca Juga: Pemandangan Menakjubkan Korolev, Kawah Beku di Planet Mars
"Jadi, entah itu tidak terjadi, atau kehidupan entah bagaimana menghindari masa tersendatnya selama glasiasial ekstrim," tambahnya di Eurekalert.
Lebih lanjut, para ilmuwan memusatkan pengamatannya pada 'formasi besi berpita', yakni sediman batuan yang terdiri dari lapisan bahan yang kaya besi dan silika. Batuan seperti ini dapat terjadi bila pernah diendapkan di lautan yang tertutup es di dekat lapisan permukaan es yang luas.
Selama glasiasi bola salju, lautan yang membeku akan sepenuhnya terhalang dari atmosfer. Tanpa adanya interaksi biasa antara laut dan udara seperti saat ini, membuat variasi iklim tidak akan terjadi di balik lapisan es.
"Lapisan pada batuannya yang sangat bervariasi sepertinya menunjukkan siklus yang sangat mirip dengan siklus iklim yang terkait dengan meningkat dan merendahnya lapisan es," kata Ross Mitchell, penulis utama studi yang merupakan profesor di Chinese Academy of Sciences, Beijing.
Baca Juga: Sebelum Membeku dan Tertutup Es, Antartika Dipenuhi Hutan Hujan
Sedangkan Gernon menambahkan, "besi itu berasal dari lubang hidrotermal di dasar laut. Biasanya, atmosfer mengoksidasi besi apa pun dengan segera, jadi formasi besi berpita ini biasanya tidak terakumulasi."
"Tapi selama [masa] Bola Salju, dengan laut yang terhalangi dari udara, besi dapat terakumulasi cukup untuk membentuknya," jelasnya.
Mereka menyelidiki seberapa rentannya batuan itu terhadap magentik. Cara pengukuran itu demi mengetahui sejauh mana batuan itu bisa menjadi magnet ketika terpapar medan magnet. Hasil yang dapat digali dari arsip datanya dapat menyimpan bukti untuk mewakili hampir seluruh siklus orbital Bumi.
Tentunya, ketika Bumi mengitari matahari, orbitnya dapat berubah bentuk dan kemiringaan, serta goyangan sumbunya mengalami perubahan siklik.
Siklus astronomi ini mengubah jumlah radiasi matahari yang masuk ke dalam dan mencapai bumi. Dengan demikian, cara itu dapat mengontrol perubahan iklim.
"Meskipun sistem iklim Bumi berperilaku sangat berbeda selama masa bola salju, variasi orbit Bumi akan sangat tidak disadari dan terus melakukan hal tersebut," terang Mitchell.
Baca Juga: Badak Berbulu Purba Ditemukan Membeku di Siberia, 80 Persen Utuh
Mitchell dan tim menyimpulkan, perubahan pada orbit Bumi bisa membuat es menyusut dan menipis. Sehingga memungkinkan daerah yang bebas es secara perlahan berkembang di Bumi yang masih bersalju.
"Studi kami menunjukkan keberadaan 'oasis' bebas es di lautan bola salju yang menyediakan perlindungan bagi kehidupan hewan untuk bertahan hidup, bisa dibilang peristiwa iklim paling ekstrem dalam sejarah Bumi," Gernon menyimpulkan.
Dalam laporan, mereka menyimpulkan pentingnya temuan ini adalah dapat memaparkan adanya lapisan air yang mengalir, ketika umumnya air dikurung dalam lapisan es.
Karena berdasarkan temuan terdahulu, rentang 50 juta tahun yang lalu adalah masa di mana kehidupan multiseluler yang kompleks berasal. Namun memerlukan tinjauan lebih dalam lagi bagaimana hasil penelitian terkait lapisan air di masa bola salju raksasa ini menjelaskan mengapa bisa munculnya kehidupan itu.
Baca Juga: Peneliti: 3,2 Miliar Tahun yang Lalu Bumi Kemungkinan Hanya Berisi Air