Studi Baru Pengobatan MIS-C, Sindrom Komplikasi Covid-19 pada Anak

By Ricky Jenihansen, Selasa, 13 Juli 2021 | 13:44 WIB
Sindrom peradangan multi sistem adalah salah satu komplikasi covid-19 pada anak yang merupakan komplikasi langka, tapi serius dan dapat berakibat fatal (Rawpixel.com)

Nationalgeographic.co.id—Penelitian terbaru dari Rutgers University, New Jersey, menawarkan panduan baru untuk pengobatan untuk sindrom peradangan multi sistem, atau disingkat MIS-C (Multisystem Inflammatory Syndrome in Children). Peradangan ini diduga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.

MIS-C adalah salah satu komplikasi covid-19 pada anak yang merupakan komplikasi langka, tapi serius dan dapat berakibat fatal. Berbagai organ atau sistem tubuh akan mengalami peradangan parah, termasuk jantung, paru-paru, ginjal, otak, kulit, mata, atau sistem pencernaan.

Saat ini, MIS-C dianggap sebagai sindrom, yaitu sekelompok tanda dan gejala, bukan sebagai penyakit. Pasalnya masih banyak yang belum diketahui tentang kondisi tersebut, termasuk faktor risiko dan penyebabnya.

Namun, secara umum kita dapat mengetahui gejala dan tanda MIS-C pada anak-anak dan remaja. Beberapa gejalanya: nafas cepat, mata merah, demam lebih dari 24 jam, muntah diare, ruam kulit, sakit kepala, kelenjar getah bening membesar hingga pembengkakan di kaki dan tangan, demikian seperti dilansir dari mayoclinic.org.

 

Dengan pengobatan yang efektif, penelitian tersebut menunjukan bahwa anak-anak dan remaja yang mengalami MIS-C cenderung membaik secara tepat waktu dan lebih cepat. Temuan tersebut sangat penting mengingat kondisi saat ini terkait pandemi covid-19, menurut peneliti seperti dilansir eurekalert.org.

Dari hasil penelitian yang dipublikasikan New England Journal of Medicine pada 1 Juli 2021, peneliti menemukan

Anak-anak dan remaja penderita MIS-C, yang awalnya diobati dengan menggabungkan globulin imun intravena (IVIG) dan glukokortikoid, dapat mengurangi risiko jangka pendek yang serius dibandingkan mereka yang menerima pengobatan awal IVIG saja. Risiko itu termasuk disfungsi kardiovaskular atau penyakit jantung.

Penelitian tersebut menganalisis pengobatan dari lebih dari 596 anak dan remaja. Mereka yang menjadi sampel penelitian itu telah dirawat dengan kondisi MIS-C di 58 rumah sakit AS antara 15 Maret dan 31 Oktober 2020.

Hampir sepertiga, atau 31 persen, anak-anak dan remaja yang diobati dengan IVIG saja mengalami disfungsi kardiovaskular baru atau persisten pada hari kedua pengobatan atau setelahnya. Jumlah tersebut turun 17% untuk pasien yang terapi awal dengan menggabungkan IVIG dan glukokortikoid.

Selain itu, IVIG dan glukokortikoid sebagai pengobatan awal membutuhkan terapi tambahan yang lebih sedikit pada atau setelah hari pertama pengobatan dibandingkan mereka yang awalnya diobati dengan IVIG saja.

Baca Juga: Pertama Kalinya, Seorang Pasien Diketahui Terinfeksi Dua Varian Corona

Anak yang mengalami MIS-C akan mengalami peradangan parah (grid.id)

 

Untuk diketahui, IVIG adalah kelompok antibodi yang sangat terkonsentrasi dan beragam yang biasanya digunakan untuk pengobatan standar penyakit kawasaki—yang memiliki kesamaan dengan MIS-C. Fungsi pertamanya, untuk memperkuat antibodi individu jika terjadi imunodefisiensi atau seperti dalam kasus MIS-C. Kedua, untuk membantu tubuh bertahan melawan serangan sel-selnya oleh sistem kekebalannya sendiri.

Sedangkan glukokortikoid, adalah hormon steroid yang membantu menekan peradangan akibat gangguan autoimun. Obat dengan kandungan ini seperti metilpredinosolon, yang biasanya digunakan untuk mengatasi penyakit yang menyebabkan peradangan seperti lupus dan multiple sclerosis.

Saat ini, MIS-C dianggap sebagai sindrom, yaitu sekelompok tanda dan gejala, bukan sebagai penyakit. Pasalnya masih banyak yang belum diketahui tentang kondisi tersebut, termasuk faktor risiko dan penyebabnya. (INDIA TODAY)

Dr. Steven M. Horwitz, salah satu penulis penelitian dan asisten profesor pediatri dari Divisi Perawatan Kritis Pediatrik di Rutgers Robert Wood Johnson Medical School. Dia mengatakan vaksin telah memainkan peran besar dalam mengurangi penyebaran covid-19. Namun, dia mewanti-wanti, kita harus sadar bahwa covid dan MIS-C tidak akan hilang dalam waktu dekat. Keduanya merupakan masalah yang sangat serius dan tidak bisa dianggap enteng.

Hingga saat ini, menurutnya, mereka telah melihat evolusi dari pemeriksaan awal dan pengobatan MIS-C selama satu tahun terakhir. Penelitian yang telah mereka lakukan itu akan membantu memandu pilihan pengobatan di masa akan datang.

"Penting untuk diketahui, bahwa MIS-C merupakan penyakit baru dalam masa pertumbuhan, dan ini adalah hasil penelitian berskala besar pertama yang diterbitkan dengan melihat pilihan pengobatan dan dampaknya pada pasien," kata Horwitz.

Baca Juga: Ahli Penyakit Dalam RSDC Wisma Atlet: Varian Delta Bukan Satu-satunya Penyebab Lonjakan Kasus