Si Burung Besar

By , Senin, 20 Januari 2014 | 13:29 WIB

Di depan saya terdapat onggokan besar di tanah yang tampak seperti lumpur lembap berwarna keunguan. Benda itu kira-kira sebesar besek, dan penuh dengan biji-bijian—lebih dari 50. Beberapa lebih besar daripada biji avokad.

Saya berlutut untuk meneliti lebih saksama. Saya memeriksa baunya dengan mendekatkan hidung ke onggokan itu. Aromanya seperti campuran buah dengan bau kecut yang samar. Baunya khas. Lumayan sedap.

Apa itu? Feses burung. Feses burung yang sangat besar. Keluar dari burung besar.

Saya berdiri dan melihat ke sekeliling. Saya berada di Hutan Daintree, dua jam perjalanan bermobil menyusuri pantai dari kota pesisir Cairns, di ujung utara Australia. Di pohon di samping saya, terlihat seekor naga hutan Boyd. Tidak jauh dari situ, terdengar serangga bernyanyi. Namun, tidak ada tanda-tanda keberadaan burung besar.

Sebetulnya, sekalipun burung itu berada di balik pepohonan, mungkin saja saya tetap tidak bisa melihatnya. Meskipun besar, burung itu tersamarkan dengan baik di dalam hutan.

Burung yang sedang saya bicarakan? Casuarius casuarius, kasuari gelambir ganda, pemakan buah terbesar di hutan hujan Australia.

Kasuari merupakan burung besar yang tak bisa terbang yang masih berkerabat dengan emu dan (lebih jauh lagi) dengan burung unta, rhea, dan kiwi. Saat ini ada tiga spesies. Dua spesies hanya hidup di hutan hujan Papua dan pulau-pulau di sekitarnya. Yang ketiga dan terbesar—kasuari gelambir ganda—juga hidup di kawasan Wet Tropics di Queensland utara. Beberapa hidup di tengah kawasan hutan hujan, seperti Daintree; yang lain hidup di pinggir hutan dan dapat berkeliaran sampai ke permukiman.

Namun, kasuari sangat berbeda dengan burung yang biasa kita temui di taman. Jika jantan dewasa menegakkan badan dan lehernya, dia bisa melampaui orang setinggi 165 cm—contohnya saya—dan beratnya dapat melebihi 50 kilogram. Betina dewasa bahkan lebih tinggi lagi, dan beratnya dapat lebih dari 73 kilogram. Di antara semua burung yang masih hidup saat ini, hanya burung untalah yang lebih besar.

Bulunya hitam berkilat; kakinya bersisik. Kakinya hanya berjari tiga—dan jari tengah di kedua kaki berkembang menjadi taji yang menakutkan. Sayapnya kecil. Namun lehernya panjang, dan hanya ditumbuhi lapisan tipis bulu sua pendek yang mirip rambut. Kulitnya justru memiliki berbagai nuansa merah, jingga, ungu, dan biru yang menakjubkan. Pada pangkal leher bagian depan, menggelepai sepasang gelambir kulit berwarna-warni yang biasa disebut pial. Kasuari memiliki mata cokelat besar dan paruh melengkung yang panjang. Di atas kepalanya terdapat balung tinggi yang mirip tanduk.

Kita cukup melihat dua atau tiga ekor burung ini saja untuk mengetahui bahwa tidak seperti, misalnya saja, burung pipit, kasuari dapat dengan mudah dibedakan satu sama lain. Ada yang memiliki pial panjang nan indah dengan balung lurus; ada yang balungnya miring. Ciri individu yang tegas ini, di samping ukurannya dan fakta bahwa burung ini tidak dapat terbang, membuatnya mirip dengan manusia: Hewan ini bergerak seperti manusia, seukuran dengan manusia, dan mudah dibedakan. Karena itulah, hewan ini biasa diberi nama—seperti Crinklecut, Big Bertha, atau Dad.

Ini juga mungkin menjelaskan mengapa burung ini sedari dulu menjadi bagian mitologi suku-suku di dalam hutan hujan. Ada yang meyakini bahwa kasuari masih berkerabat dengan manusia; ada yang meyakini bahwa burung ini merupakan titisan manusia; ada pula yang meyakini bahwa manusia diciptakan dari bulu kasuari betina. Namun, tidak seperti pada manusia, burung jantanlah yang bertanggung jawab membesarkan anak—mengerami telur, dan merawat piyiknya selama sembilan bulan atau lebih—sehingga menimbulkan iri kaum perempuan terhadap kasuari betina.

Aura gaib ini diperkuat oleh reputasi kasuari sebagai burung yang berbahaya. Dan tentu saja jika kita mengurungnya di kandang dan mengejarnya dengan garu—kalau melihat video di YouTube, memang ada yang melakukannya—hewan ini memang membahayakan. Badannya besar, memiliki cakar serta tendangan yang kuat, dan hewan ini tidak ragu-ragu menggunakannya. Jika kita mendekati jantan beranak muda, dia mungkin memerap dan menerjang guna melindungi anaknya. Jika manusia mencoba menangkap atau membunuh kasuari, burung ini akan melawan—dan dapat membuat manusia keok. Kadang-kadang burung ini membunuh anjing.

Namun, mari kita lihat faktanya. Jika dibiarkan dan tidak diganggu, kasuari merupakan makhluk pemalu yang cinta damai dan tidak berbahaya. Di Australia, peristiwa terakhir kasuari membunuh manusia terjadi pada 1926—dan itu untuk membela diri.

Wilayah burung kasuari yang dinamai Dad berada di dekat Kuranda, sebuah kota kecil di bukit tidak jauh dari Cairns; dia telah tinggal di sana selama setidaknya 30 tahun. Wilayahnya meliputi sepetak hutan lebat, jalan, dan taman Cassowary House, penginapan tempat saya tinggal selama beberapa hari. Dan ketika saya duduk minum kopi di beranda, Dad dan tiga anaknya berjalan santai di halaman.

Balung Dad terlihat miring dan agak berkerumuk. Piyiknya, berumur sekitar empat minggu dan hampir setinggi lutut, membuat suara ciap ciut yang lucu sambil berlari ke sana kemari. Kasuari jantan itu lebih banyak diam—tetapi sesekali dia mengatupkan kedua paruhnya, membuat bunyi ketak yang keras. Dia juga bersendawa. Dan terkadang ia berdebum.

Pembawaan anak-anaknya terlihat jelas perbedaannya. Ada satu yang berjiwa petualang, dan berkeliaran jauh dari keluarganya. Anak yang lain pemalu, dan selalu dekat dengan Dad. Yang satu ini sering mencari perhatian bapaknya. Sesekali keduanya menyentuhkan ujung paruhnya—ciuman kasuari?—tetapi kontak ini tampaknya merupakan keinginan sang anak, bukan sang bapak.!break!

Dad dan piyik-piyiknya sepertinya punya semacam rutinitas. Keluarga itu mencari makan di pagi hari, istirahat selama siang hari yang panas, dan makan lagi menjelang senja. Kadang-kadang keluarga ini juga mandi ke sungai. Seekor burung pemangsa—elang alap—bersarang di pohon tinggi tidak jauh dari sini, dan keluarga kasuari itu sering berhenti di bawahnya untuk melihat kalau-kalau ada makanan—bangkai kadal atau mungkin ular—yang terjatuh. Jika ada, itu jadi santapannya.

Namun, umumnya kasuari makan buah. Dalam satu hari, seekor kasuari dewasa makan ratusan buah-buahan. Kasuari hanya mencerna makanan yang lunak sehingga biji-bijian keluar bersama kotorannya dalam keadaan utuh. Jadi, saat kasuari berkeliaran di wilayahnya, makan, minum, mandi, dan buang kotoran, hewan ini memindahkan benih dari satu bagian hutan ke bagian yang lain. Burung ini juga memindahkan benih ke atas bukit dan ke seberang sungai. Singkat kata, dia memindahkan benih dengan cara yang tidak bisa dilakukan oleh gravitasi. Kasuari menjadi sarana efektif dalam penyebaran benih.

Dan bagi banyak pohon, burung kasuari merupakan satu-satunya sarana penyebaran. Australia memang memiliki pemakan buah lainnya—burung kecil, kelelawar, dan hewan berkantong seperti kanguru-tikus, tetapi hewan-hewan ini terlalu kecil untuk membawa buah-buahan besar dalam jarak jauh. Dan di hutan hujan, banyak pohon menghasilkan buah-buahan besar dan berat dengan biji yang juga besar dan berat, karena benih tersebut tumbuh lebih baik di keremangan dasar hutan.

Sambil berkeliaran, makan buah dan menyebarkan benih, hewan juga menciptakan hutan masa depan: Hewan tersebut memberikan tempat tumbuh yang baru bagi tanaman. Dengan demikian, sebagai pemakan buah terbesar, kasuari juga merupakan arsitek terbesar di hutan itu.

Burung ini juga membantu beberapa tanaman berkecambah. Ryparosa kurrangii, misalnya, adalah pohon yang hanya terdapat di sebuah kawasan kecil di hutan hujan pesisir Australia. Penelitian menunjukkan bahwa tanpa dicerna kasuari, hanya 4 persen dari biji Ryparosa yang berkecambah; setelah dicerna kasuari, 92 persen yang tumbuh. (Penyebab pasti perbedaan sebesar ini masih belum diketahui.)

Jadi, jika kasuari sampai punah, struktur hutan akan berangsur-angsur berubah. Beberapa spesies pohon tidak akan tersebar seperti sebelumnya, sementara beberapa spesies bahkan mungkin turut punah. Sungguh patut disayangkan. Hutan hujan di ujung utara Australia, seperti Daintree, adalah sisa dari superbenua purba Gondwana.

Artinya, banyak tumbuhan di sana yang merupakan turunan dari tumbuhan yang hidup di hutan hujan yang dahulu menutupi sebagian besar wilayah Australia dan Antartika. Ini terjadi sekitar 100 juta tahun silam ketika kedua benua itu masih menyatu. Dengan demikian, tempat ini merupakan sebuah museum hidup yang mempertunjukkan berbagai jalur evolusi.

Sayangnya, saat ini hutan aslinya sudah berkurang dibanding sebelumnya. Dan seiring menyusutnya hutan, berkurang pula kasuari.!break!

Berapa banyak yang tersisa? Para ahli biologi kasuari sulit bersepakat mengenai jawabannya. Di Australia burung ini tergolong terancam punah; kebanyakan memperkirakan jumlahnya sekitar 1.500 sampai 2.000 ekor. Namun, ini cuma kira-kira: Tak ada yang tahu pasti.

Masalahnya, kasuari sulit dihitung. Satwa ini hidup menyendiri, di dalam hutan lebat. Upaya untuk memperkirakan jumlahnya berdasarkan DNA yang diambil dari kotoran belum dipublikasikan. Jadi, tidak jelas apakah populasinya naik atau turun—atau seberapa dekat burung ini dengan jurang kepunahan.

Yang jelas adalah bahwa kasuari menghadapi banyak masalah. Sebagaimana kasuari kadang-kadang membunuh anjing, anjing juga kadang-kadang membunuh kasuari—terutama burung muda. Babi liar dapat merusak sarang burung kasuari, dan kasuari juga kadang mati kena perangkap babi. Bahaya lain adalah lalu lintas.

Saya melihat salah satu korban, tergeletak di belakang mobil pikap milik Dinas Margasatwa dan Taman Queensland; polisi hutan langsung mengambilnya begitu kecelakaan itu dilaporkan. Kasuari itu betina dan masih muda, baru mulai mencapai kematangan seksual. Balungnya kecil, dan dia masih memiliki sedikit bulu cokelat. Dasar bak truk itu berlumuran darah.

Saya mengulurkan tangan menyentuhnya. Kulit di lehernya lembut seperti beludru. Ternyata jenggernya tidak keras seperti yang saya kira, tetapi kenyal. Dilihat dari dekat, kakinya tampak sangat besar.

Sang polisi hutan terlihat meradang. Dia berbicara panjang lebar mengenai politik kasuari di tempat itu. Dia menjelaskan bahwa sebagian ingin memagari jalan dan membangun terowongan bawah tanah sebagai tempat menyeberang kasuari, sementara sebagian yang lain berpendapat hal itu tidak akan berhasil, dan memperjuangkan penurunan batas kecepatan dan pemasangan lebih banyak rambu penyeberangan-kasuari. "Sudah ada tiga kasuari yang menjadi korban dalam waktu enam minggu ini," katanya.

Hutan itu juga dilintasi banyak jalan raya. Dengan semakin terkotak-kotaknya hutan itu, semakin sulit bagi kasuari muda untuk mencari wilayahnya sendiri. Karena burung ini sangat teritorial, perlu sejumlah habitat yang sesuai untuk mempertahankan populasinya. Hal itu membawa saya ke masalah besar yang lain: pembangunan. Di Mission Beach kompleks seperti Oasis umum ditemui. Kompleks ini memiliki jalan beraspal, lengkap dengan lampu jalan. Akan tetapi, belum ada rumah yang dibangun: hanya kaveling kosong dengan rumput yang dipotong rapi, berhias tanda Dijual.

Dad masih belum mengetahui bahwa hutannya sudah dijual orang, yang akan membabatnya untuk membangun rumah. Beberapa penduduk setempat mencoba mencegah hal ini—mereka patungan membeli tanah untuk membuat cagar alam, menanam pohon hutan hujan di lahan terbuka, dan melobi para petani agar tidak membabat hutan.

Mereka berharap dapat menghubungkan bagian hutan yang terpetak-petak, sehingga kasuari muda yang sedang mencari wilayah dapat berpindah dari satu bagian ke bagian yang lain tanpa harus melintasi lahan terbuka perkebunan tebu, atau jalan raya besar. Kasuari tidak akan dapat bertahan tanpa keberadaan hutan hujan tersebut.

Saya ingin menyampaikan gambaran terakhir kepada Anda. Saya berada di Daintree, bagian paling perawan dari hutan yang tersisa. Saya berdiri di dekat sebatang pohon ara, berharap dapat melihat Crinklecut—seekor jantan muda—dan dua anaknya. Wilayah Crinklecut tumpang tindih dengan Big Bertha, seekor betina yang sangat besar dan elok yang mungkin saja induk anak-anaknya.

Di sini juga tinggal satu keluarga manusia, dengan tiga anak, ditambah seekor katak pohon hijau raksasa yang pindah ke dapur mereka dan ditaruh di wajan. Tiba-tiba anak yang bungsu berlari dari balik pepohonan dan memberi tahu saya bahwa Crinklecut dan anak-anaknya sedang dalam perjalanan ke sungai di dekat situ. Saat keluarga kasuari itu terlihat, Crinklecut menegakkan badan dan menatap saya. Kemudian dia dan anak-anaknya berjalan menjauh, ditelan senja.

Artikel Olivia Judson mengenai Gunung Erebus Antartika dimuat di edisi Juli 2012. Foto Christian Ziegler di halaman 110-111 meraih hadiah pertama tema Alam World Press Photo 2013.