Masa Depan Budi Daya Ikan

By , Senin, 19 Mei 2014 | 10:30 WIB

Memecahkan masalah pakan bagi perikanan budi daya mungkin lebih penting bagi planet ini daripada soal tempat membudidayakannya. “Orang beralih ke perairan lepas pantai dan kolam air tawar bukan karena kita kehabisan tempat di wilayah pesisir,” kata Stephen Cross dari University of Victoria di British Columbia. Dia merupakan konsultan lingkungan untuk industri budi daya perairan. Katanya, sekarang hasil budi daya ikan salem mencapai 10 hingga 15 kali lipat produksinya ketimbang era 1980-an dan 1990-an dengan polusi yang jauh berkurang.

Idenya berasal dari Tiongkok kuno. Lebih dari seribu tahun yang lalu, pada masa dinasti Tang, petani Tiongkok mengembangkan polikultur kompleks yang melibatkan ikan emas, babi, bebek, dan sayuran di kebunnya. Mereka menggunakan pupuk kandang dari bebek dan babi untuk menyuburkan ganggang kolam yang dimakan ikan emas. Kemudian ikan emas tersebut dipindahkan ke sawah, tempat hewan omnivora itu melahap hama serangga dan gulma serta menyuburkan padi sebelum sang ikan jadi santapan. Sistem mina padi menjadi landasan bagi menu tradisional nasi dan ikan Tiongkok, menghidupi jutaan orang di negeri itu selama berabad-abad. Cara ini masih diterapkan di lebih dari tiga juta hektare sawah di Tiongkok.

Di sebuah fyord pesisir British Columbia, Cross merancang sistem tumpang sarinya sendiri. Dia hanya memberi makan satu spesies—ikan asli Pasifik Utara yang ramping dan tangguh, cod hitam (Anoplopoma fimbria). Sedikit ke hilir keramba ikan itu, dia menempatkan keranjang berisi tiram, kapis, serta kerang setempat yang memakan kotoran organik halus kawanan ikan tadi. Di dekat keranjang, dia menanam kelp manis (Saccharina latissima), sebagai bahan sup dan sushi, juga produksi bioetanol. Tanaman laut ini membantu menyaring air, mengubah hampir seluruh nitrat dan fosfor menjadi jaringan tanaman.!break!

Perry Raso dari Matunuck, Rhode Island, melakukan budi daya monokultur, tetapi dia sama sekali tidak memberi makan hewan airnya—dan jumlahnya ada 12 juta. Dia mulai membudidayakan tiram pada tahun terakhir kuliahnya dan menjual hasilnya di pasar petani. Sekarang setiap musim panas Raso melayani 800 pengunjung setiap hari di Matunuck Oyster Bar miliknya. Sementara University of Rhode Island mengutusnya berbagi ilmu ke Afrika, tempat budi daya perairan berkembang pesat—dan tempat banyak orang sangat membutuhkan protein sehat yang terjangkau harganya.

Beberapa ratus kilometer di utara, di perairan yang jernih dan dingin di lepas pantai Teluk Casco, dua bahariwan Maine, Paul Dobbins dan Tollef Olson, turun ke dasar piramida makanan. Mereka meluncurkan pertanian kelp komersial pertama di Amerika Serikat, pada 2009. Awalnya mereka menanam 900 meter barisan kelp dan tahun lalu sudah mencapai 9.000 meter, dan memanen tiga spesies yang dapat tumbuh sampai 13 sentimeter per hari, bahkan di musim dingin. Perusahaan mereka, Ocean Approved, menjualnya dalam bentuk kelp beku-segar, sayuran salad bergizi tinggi, dan campuran pasta ke restoran, sekolah, dan rumah sakit di sepanjang pantai Maine.

Jadi, kita semua makan kelp saja nih? “Kami menyebut kelp sebagai sayuran yang baik,” kata Dobbins, “karena kita dapat membuat produk makanan bergizi tanpa tanah subur, tanpa air tawar, tanpa pupuk, dan tanpa pestisida. Kita ikut membersihkan laut dengan menanamnya. Kami pikir samudra pasti merestui.”

Staf medis beristirahat setelah jam kerja. Mereka menghirup vodka, makan barbekyu, dan membakar patung jerami untuk menandai liburan rakyat sebelum hari Prapaskah Ortodoks Rusia.