Benih nan Terancam

By , Kamis, 16 April 2015 | 16:54 WIB

Azwar Hadi Nasution, Ketua Bidang Koleksi Bank Benih pada Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia (AB2TI), menyodorkan sebutir benih padi yang ia jepit di antara ibu jari dan telunjuknya ke muka saya. Saya amati butiran itu lekat-lekat. Benih berbentuk gabah yang masih berkulit itu tak pernah saya lihat sebelumnya: ada sebuah benda serupa rambut hitam legam di ujungnya. Menjulur cukup panjang bagai rambut manusia.

“Ini namanya padi Bulu Hitam Ketan,” ujar Azwar mengenai salah satu koleksi benih yang baru ia keluarkan dari stoples. Beberapa saat sebelumnya, ia semprotkan tangannya dengan cairan disinfektan. Di sampingnya, terdapat puluhan stoples berisi benih padi koleksi AB2TI, yang berlokasi di Bogor.

“Ini jenis padi, tetapi setelah dimasak, rasanya manis seperti ketan,” jelasnya kepada saya. Padi berambut  sehelai ini memiliki pertahanan diri yang hebat. Rambut hitamnya itu membuat burung-burung yang berniat menyantapnya, tersedak. Ditambah lagi, juluran rambutnya itu akan menjadi lengket jika terkena air.

!break!

Ia juga memamerkan padi Laut Tawar, padi yang bisa ditanam di daerah basah, juga tahan salinitas walau menurutnya belum teruji secara penuh. Selain itu ada pula padi Rojolele Hitam dengan benih berwarna hitam dan berambut, yang digunakan pula sebagai persembahan di Jawa Tengah dan memiliki umur panjang.

Infografis ancaman pangan. (Lambok Hutabarat)

“Padi tahan wereng biasanya adalah padi dengan cangkang yang keras,” jelas Andreas Dwi Santosa, Ketua Umum AB2TI yang juga Guru Besar Fakultas Pertanian IPB. Tetapi dilema yang muncul adalah, petani menjadi sulit melakukan proses penggilingan. Dengan tekanan yang keras untuk menghancurkan cangkangnya, risiko beras ikut hancur, semakin besar.

“Padi merah putih ini amat sangat unik,” ujarnya membuka pembicaraan mengenai benih yang ditemukan di salah satu reruntuhan candi di Klaten ini. Kabarnya, benih ini berasal dari abad ketujuh, terawetkan dengan baik di dalam wadah batu di perut candi.

“Setelah kami teliti, masih belum murni. Jadi produknya ada masih ada yang 25 persen merah semua, 25 persen putih semua, sedangkan 50 persen merah dan putih,” papar Andreas. Ini berarti, di dalam satu butir beras, bagian atasnya memiliki rona merah, sedangkan bagian bawahnya memiliki rona putih. Hal inilah yang ia sebut amat unik. Para petani ini gagal menanam padi tersebut di tempat mereka, tak lagi tersisa. Andreas merasa amat bersyukur bahwa benih-benih itu masih terselamatkan di ruang koleksi.

Di lain pihak, ia sempat patah arang karena tak bisa menumbuhkan benih tersebut. Ia takut kekayaan Indonesia itu bisa lenyap di tangan mereka. Namun setelah bekerja keras, akhirnya padi merah putih pun tumbuh. Saya melihat dedaunannya menjulur dari ember-ember kusam di bawah naungan paranet yang terletak di halaman.

!break!
Infografik populasi dunia. (Lambok Hutabarat)

PENDUDUK DUNIA semakin bertambah. Pada 2050, diproyeksikan akan ada sembilan miliar penduduk yang tentunya butuh makan. Menurut 2014 Global Hunger Index: The Challenge of Hidden Hunger yang dihasilkan oleh Welt Hunger Hilfe, International Food Policy Research institute, dan Concern Worldwide, hidden hunger atau kelaparan semu ini biasanya tak menjadi perhatian atau tertutup oleh kasus kelaparan dan terkait dengan kurangnya energi atau disebut juga defisiensi nutrien mikro.

Kini, sekitar dua miliar orang di dunia mengalami kelaparan semu. Mereka kekurangan vitamin dan mineral, bahkan kasus obesitas termasuk di dalamnya. Selain itu, kurang gizi, penyerapan gizi yang tak baik, kebutuhan nutrisi mikro yang kurang selama masa kehamilan, menyusui ,dan saat bayi, termasuk penyebab kelaparan semu ini.

Di lain pihak, ActionAid, sebuah organisasi nirlaba yang terfokus pada pengentasan kemiskinan dan bergerak di seantero dunia, mengatakan dalam laporan Rising to the Challenge: Changing Course to Feed the World in 2050 bahwa untuk memberi makan dunia, kita harus meningkatkan produksi pertanian hingga 60 persen.

Padahal, ada banyak hal yang mengancam keberadaan benih varietas lokal ini. Menurut catatan FAO, 75 persen varietas tanaman pangan manusia tak lagi ada. Kepunahan mengancam jenis pula jenis pangan lainnya. Sementara Croptrust, sebuah organisasi internasional yang bergerak di bidang penyelamatan keanekaragaman pangan menyatakan, enam persen dari keluarga hasil pertanian serealia (gandum, jagung, beras, sorgum dan lainnya) terancam, demikian pula delapan belas persen spesies kacang-kacangan dan tiga belas persen spesies keluarga kentang, tomat dan terung.

Peralihan fungsi lahan dari pertanian yang berubah menjadi perumahan, adalah salah satunya. Saat tanah pertanian hilang, atau suatu tanaman pangan tak lagi populer dan dilirik oleh orang banyak, petani tak akan kembali menanam tanaman tersebut.