Akhirnya, Pluto!

By , Selasa, 23 Juni 2015 | 17:39 WIB

Dia telah menemukan Planet X.

“Kalau kita melihat bintik yang mewakili Pluto, kecil sekali ukurannya,” kata Will Grundy, anggota tim New Horizons yang bekerja di Observatorium Lowell. “Bintik seperti ini harus dipelototi lekat-lekat. Entah bagaimana dia tidak buta gara-gara itu.”

Setelah berminggu-minggu melakukan pengamatan lanjutan, Observatorium Lowell mengumumkan temuan Tombaugh.

Tetapi, hampir seketika, para astronom tahu ada yang salah. Bintik cahaya yang melompat itu terlalu samar untuk menjadi Planet X. Teleskop terbaik pada zaman itu pun tidak mampu melihat cakram planet itu dengan tajam, yang berarti bahwa benda itu terlalu kecil untuk men­jelaskan penyimpangan orbit kedua raksasa es.

“Mereka mengira bendanya akan lebih terang, lebih besar,” kata Owen Gingerich, sejarawan dan astronom emeritus di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics. “Namun, mereka ber­asumsi bahwa benda itu mungkin hanya sebesar Bumi. Jadi, jauh lebih kecil daripada Uranus dan Neptunus, tetapi planet yang cukup layak.”

Observatorium Lowell harus segera me­nentu­kan nama planet baru itu. Ratusan surat datang membanjir. “Minerva” mula-mula digemari.

Di seberang samudra, gadis Inggris berusia 11 tahun bernama Venetia Burney iseng meng­usulkan nama “Pluto”, seperti dewa Romawi yang menguasai dunia kematian. Nama suram itu agaknya cocok untuk planet di tepi yang berdebu, serta sesuai dengan konvensi penamaan dari mitos. Maka, pada 1 Mei, Observatorium Lowell meng­umumkan bahwa Planet X akan dinamai Pluto.

Tetapi, dengan orbit yang aneh dan miring, serta ukurannya yang begitu kecil, dunia ini tetap menjadi teka-teki. Selama bertahun-tahun, perkiraan massa planet Tombaugh makin lama makin menyusut... sampai akhirnya terlalu kecil untuk disebut planet. Pluto pun dibaptis ulang sebagai planet kerdil pada 2006.

Dengan mengamati interaksi Pluto dengan satelitnya, Charon, para ilmuwan kini tahu bahwa massa Pluto hanya dua per seribu massa Bumi. Ditemukan pada 1978, Charon hampir setengah ukuran Pluto—begitu besar sehingga kedua benda itu sebenarnya membentuk sistem biner. Keduanya mengitari suatu titik di ruang di antara mereka, planet kerdil ganda berputar di pusat suatu sistem rumit yang berisi setidaknya empat bulan lain.

Para ilmuwan menduga masih ada bulan lain di sekeliling Pluto, mungkin sebagian berbagi atau bertukar orbit dan barangkali berputar dengan kacau, tidak anggun.

“Saya tidak akan heran kalau saya tahu-tahu menemukan sesuatu yang aneh seperti itu,” kata Alex Parker, peneliti pascadoktoral dalam tim New Horizons.

Pada akhir 1980-an, pesawat antariksa Voyager 2 milik NASA melesat di wilayah planet-planet raksasa dan mengungkapkan massa Neptunus sebenarnya. Saat angka itu, yang setara dengan 17 Bumi, dimasukkan ke persamaan lama yang digunakan untuk meramalkan keberadaan planet ke­sembilan, semua­nya sesuai dengan dugaan. Uranus meng­ikuti orbit yang terduga dan mem­bosan­kan. Ter­nyata memang tidak ada planet besar lain yang mengganggu orbitnya. Tetapi, andai tidak ada perhitungan keliru itu, mungkin kita harus menunggu puluhan tahun untuk me­nemu­kan dunia kecil yang ternyata memang ada.