Jantung Liar Swedia

By , Rabu, 30 September 2015 | 14:01 WIB

Dalam banyak hal, pemandangan di Sarek menyerupai dunia baru pada zaman es: bongkah-bongkah batu hitam besar nan tajam menjulang di lanskap yang terpahat oleh lembaran-lembaran es. Gletser terbaru me­luncur dari Swedia utara sekitar 9.000 tahun silam. Saking barunya, lempeng batu yang ter­lepas dari beban masih naik hingga satu senti­meter per tahun, dalam fenomena yang oleh para ahli geologi disebut pantulan isostatik.

Es yang mencair menyisakan ciri khas glasial di sana-sini: cirque, moraine, drumlin, esker, danau, erratic, dan perbukitan berbatu-batu. Hari ini, gemuruh lambat gletser masih menggema di Laponia, dan sepertinya baru sesaat yang lalu bongkahan besar es mencair, menyisakan irama tanah dan batu, angin dan hujan, untuk membentuk lahan.

Baru-baru ini—barangkali 5.000 tahun si­lam—Laponia dihuni para pemburu rusa kutub nomaden yang menjadi leluhur orang-orang Sami modern, warga asli Scandinavia utara.Orang Sami, yang berdarah Kaukasia dan berbahasa Finno-Ugric, memiliki hubungan keke­rabatan lebih dekat dengan orang Hungaria dari­pada orang Swedia. Mereka telah merambah ke utara dari Eropa tengah menuju Semenanjung Kola di Rusia dan ke barat melintasi dataran boreal di Finlandia, Swedia, dan Norwegia.

Dinilai dari berbagai karya seni dan artefak batu yang ditemukan di wilayah Laponia, rusa kutub sejak awal telah memegang peran penting dalam kebudayaan asli di sini.

!break!

Hubungan antara orang Sami dan rekan sesama penduduk Swedia mereka menjadi rumit. Gara-garanya, selama ratusan tahun terjadi ketidakseimbangan kekuatan antara pemerintah Swedia dan minoritas Sami. Keluarga John Utsi, penulis dan ahli sejarah budaya Sami yang berbasis di Jokkmokk, tiba di Laponia pada 1920-an. Ketika itu kakeknya, Per Mikkelson Utsi, dan keluarganya digusur oleh pemerintah Norwegia dari wilayah pegunungan pesisir di Skibotn. Mereka dipindahkan ke selatan, ke Swedia.

Kehadiran mereka menyebabkan masalah. Para pendatang baru mengusik kedamaian penggembala yang hidup di sana selama bergenerasi-ge­nerasi. Meskipun John, seperti umumnya orang Sami modern, tidak menja­dikan penggembalaan sebagai pekerjaan utama, hewan berperan penting dalam kehidupannya.

“Kami orang Sami menjalani kehidupan ganda,” kata Utsi. “Kami berbicara dengan bahasa Swedia, terlihat seperti orang Swedia, dan sebagian besar dari kami tinggal di berbagai kota di Swedia. Namun, kami bertingkah seperti orang Sami, karena itulah diri kami.”

Sejumlah besar orang Sami di utara Swedia menghabiskan musim panas mereka di Laponia. Mereka tinggal di kabin dan merawat beberapa rusa kutub, memancing, dan berburu rusa besar—sesuatu yang terlarang untuk dilakukan di taman bagi orang Swedia lainnya.

Tradisi Sami sudah berabad-abad dilarang pemerintah dan masyarakat Swedia, kata Utsi. Tradisi itu kembali berjaya setelah orang Sami, yang mengalami pencerahan politik pada 1970-an, menuntut dan meraih kehormatan kebudayaan mereka.

!break!

Setiap kali kami berhenti untuk beristirahat atau mengudap beri-berian, Christian menggelar peta. “Mudah sekali untuk tersesat di Laponia kalau kita tidak memperhatikan,” katanya. “Bahkan, mudah sekali untuk tersesat walaupun kita sudah memperhatikan.”

Saya melihat dua penjelajah beransel di kejauhan, membuka baju di dekat sungai berarus deras, bersiap-siap menyeberang. Lalu, kami menyapa mereka sesuai sopan santun penjelajah alam liar.

Mereka berasal dari Jerman. Salah satunya, pria berusia 30 tahun, mengungkapkan rencana mereka untuk berjalan selama delapan atau sembilan hari setelah menyeberangi Rapa, beberapa kilometer di hulu.