Gelombang Panas

By , Jumat, 2 September 2016 | 19:30 WIB

Hal yang paling kentara mungkin anak singa laut kurus yang berenang ke pantai California, kulitnya kedodoran membalut tulang, seperti anak yang mengenakan pakaian orang tuanya. Lalu hewan ini merebahkan diri di bawah beranda dan truk parkir. Ada yang meringkuk di kursi di teras hotel. Yang lain menyelinap ke bilik restoran tepi pantai. Tanpa ikan lemburu dan teri, induknya terpaksa makan cumi-cumi, ikan hake, dan ikan batu yang kurang bergizi, dan menyapih anaknya lebih awal. Lebih dari 3.000 yang telantar dalam lima bulan.

Dalam perjalanan pulang ke kantornya di Newport, Oregon, Peterson tidak habis pikir. Setelah seumur hidup meneliti laut itu, laut yang hangat ini terasa asing dan membingungkan, “seperti melihat burung macaw terbang melintas di luar jendela.”

Blob ini tidak akan menjadi hal yang biasa. Sama sekali tidak. Hanya sedikit, kalaupun ada, perubahan ini yang permanen. Bahkan sekalipun ada perubahan, tidak berarti bahwa lautnya sekarat. Kehidupan akan terus berlanjut. Namun, blob ini dapat dianggap sebagai gambaran laut masa depan yang mengalami perubahan iklim. Dan kehidupan bahari di laut ini nanti akan sangat berbeda.

Suhu hangat mempercepat metabolisme ikan, membuatnya makan lebih banyak, sementara makanannya berkurang. Menurut penelitian terbaru, beberapa jenis ikan mungkin akan menjadi lebih kecil, lebih sering kena penyakit, dan, dalam banyak kasus, berkurang populasinya. Bahkan, menurut Intergovernmental Panel on Climate Change, sudah banyak ikan dan plankton yang bergerak ke arah kutub untuk mencari air yang lebih dingin. Saat daerah produktif semakin langka seiring berkurangnya air dingin, ikan dan predator akan berkumpul di tempat yang lebih sedikit, menciptakan tantangan baru.

“Berang-berang itu gemetar sekujur tubuhnya?” tanya Lefebvre. “Saya pernah melihat hal itu. Pada singa laut.”

Dan ketika suatu makhluk muncul di tempat yang baru, hubungan kita dengan laut juga dapat berubah. Di Pacifica, California, saya mengunjungi Richard Shafer, yang biasa menyelam bebas dan menombak ikan. Saat gelombang panas membuat ikan dari Meksiko pindah ke utara, jasa penyewaan kapal pancing di Los Angeles panen besar. Jadi pada Agustus 2015, Shafer membawa kapal sewaan ke beting lepas pantai di sebelah barat San Diego. Saat ia menombak ikan aji-aji, tiba-tiba datang singa laut lapar. Karena tahu bahwa singa laut biasa mencuri ikan besar, apalagi saat tidak ada lemburu, Shafer mengamankan ikan aji-aji itu dan berenang menuju kapal, tetapi pergelangan ta­ngannya malah digigit hiu martil. Hiu ini jarang muncul di California, dan jarang menyerang, tetapi sering terlihat pada 2015 selama periode yang disebut ilmuwan “parade nonstop hiu martil” yang tertarik air hangat. Gigitan hiu itu memutuskan tendon Shafer dan meretakkan kelingking serta buku jarinya, sehingga membutuhkan 40 jahitan. Setiap perubahan di laut dapat memicu perubahan yang tidak terduga.

Kathi Lefebvre turun dari mobil pikap ke pantai Tanjung Homer, menatap berang-berang laut yang mati. Pada tahun-tahun sebelumnya, kebanyakan berang-berang mati akibat komplikasi infeksi streptokokus. Tahun ini ada bangkai yang kurus, ada pula yang gemuk. Para mahasiswa magang Suaka Margasatwa Nasional Bahari Alaska mulai memeriksa. Salah satunya memberi tahu Lefebvre soal berang-berang yang dilihatnya kejang minggu sebelumnya. Lefebvre sontak tertarik.

“Berang-berang itu gemetar sekujur tubuhnya?” tanya Lefebvre. “Saya pernah melihat hal itu. Pada singa laut.”

Pada 1998, sebagai mahasiswa doktoral di University of California, Santa Cruz, Lefebvre mendengar ada puluhan singa laut yang ditemukan sakit dan kelojotan. Lefebvre punya dugaan penyebabnya: Setiap musim semi, alga beracun bersel tunggal Pseudo-nitzschia meledak populasinya dalam area kecil, biasanya selama seminggu, menghasilkan neurotoksin asam domoat, yang terakumulasi pada kerang-kerangan. Apabila termakan oleh manusia, racun ini dapat menyebabkan kejang, kehilangan ingatan, bahkan kematian. Racun ini juga dapat membahayakan satwa liar. Pada 1961, surat kabar Santa Cruz mengabarkan invasi misterius burung Ardenna grisea yang “baru berpesta teri”. Burung laut itu terbang menghantam jendela dan mati berserakan di jalan. Para ilmuwan yang meneliti misteri ini puluhan tahun kemudian memeriksa sampel lama plankton yang diambil dari Teluk Monterey tahun 1961. Mereka menemukan Pseudo-nitzschia dalam jumlah besar.

Ketika Lefebvre menemukan asam domoat dalam kotoran singa laut yang sakit pada 1998, itu menjadi bukti pertama bahwa ledakan alga beracun ini dapat membahayakan mamalia laut. Dan ledakan populasi tahun itu sangat parah. El Niño menyebabkan laut California menjadi sangat panas, memicu ledakan populasi terparah sepanjang sejarah—sampai tahun lalu.

Pada April 2015 populasi alga meledak. Setelah beberapa minggu alih-alih berkurang, populasinya malah membesar dan berubah, hingga membentang lebih dari 3.200 kilometer, dari Kepulauan Channel California hingga Kodiak. Peristiwa ini belum pernah terjadi. Beberapa usaha kerang di sepanjang pantai tutup. Konsentrasi racun 30 kali lebih besar dari yang biasanya dianggap tinggi. Pengujian menemukan jumlah asam domoat pada sebagian ikan, misalnya ikan teri, terlalu berbahaya untuk dimakan manusia, hal yang jarang terjadi. Racun itu sepertinya membuat sakit ratusan singa laut, burung laut, lumba-lumba, dan anjing laut.

Lalu ditemukan paus mati di Alaska, paling banyak paus sirip dan paus bungkuk. Kebanyakan letaknya terlalu jauh atau bangkainya sudah terlalu rusak untuk diuji. Beberapa yang terdampar di British Columbia menunjukkan keberadaan asam domoat, tetapi racun itu dikeluarkan tubuh dengan cepat sehingga tidak dapat diketahui kadar pastinya. Para ilmuwan tidak memiliki bukti, tetapi kebanyakan memiliki teori yang sama: paus makan kril, copepoda, atau ikan yang mengandung racun alga, membuatnya langsung mati atau kacau otaknya, sehingga kehilangan arah dan tidak dapat menangkap mangsa. “Karena sebagian besar kemungkinan lainnya telah dicoret, yang paling mungkin menurut saya adalah alga beracun,” kata Andrew Trites, direktur Unit Penelitian Mamalia Laut di University of British Columbia.

Sambil berdiri di Tanjung Homer, Lefebvre menimbang kemungkinan peran alga dalam kematian berang-berang Alaska. Dia meletakkan kantong plastik untuk mengumpulkan spesimen lalu mengenakan sarung tangan. Dia berlutut di depan bangkai berang-berang dan mulai beraksi.