Anggara Rimba Semenanjung Kampar

By , Rabu, 3 Februari 2016 | 20:11 WIB

“Kami ngeri, tempat mandi sudah pindah ke atas” ungkap salah seorang penjaga pos sembari menunjuk hulu sungai.!break!

Padahal, buaya sinyulong bukanlah dari jenis yang berbahaya.  Menurut Iqbal, sinyulong merupakan jenis yang memangsa ikan serta hewan-hewan kecil di air.  Jenis ini jarang dilaporkan menyerang manusia.  Kalaupun ada konflik, biasanya terjadi lantaran buaya tersesat masuk ke perkampungan lantas diburu dan dibunuh.

Sinyulong, lanjut Iqbal, merupakan jenis buaya berukuran kecil dengan moncong panjang dan sempit. 

“Moncong inilah yang berfungsi untuk menangkap ikan serta hewan buruan lain.  Bentuk moncongnya dirancang guna masuk ke celah sempit dimana mangsa berada.  Jadi mustahil jika sinyulog menyerang manusia,” papar Iqbal.

Para penjaga pos melongo mendengar penjelasan Iqbal.  Mereka mendapat pengetahuan baru.  Pengetahuan yang akan menyebar dari mulut ke mulut, mungkin juga pada para nelayan yang kerap singgah.  Para penjaga tak perlu khawatir diserang sinyulong bermoncong panjang, cukup memberi kabar supaya sinyulong dapat melanjutkan kehidupannya.

Sungai Serkap mulai berbelok-belok sebelum melintasi Tasik Tengah, danau alami ditengah sungai. Di pinggiran tasik, beberapa rumah panggung berjejer jarang-jarang.  Mereka yang tinggal disana adalah penjaga rumah walet.  Burung walet berkeliaran dimana-mana, suaranya mencicit nyaring meramaikan tasik yang senyap.

Melewati Tasik Tengah, Sungai Serkap hanyalah sebuah alur kecil dipenuhi bakung. Berbeda dengan bakung yang selama ini saya kenal, bakung rawa memiliki daun yang lebih lebar.  Aliran sungai yang sempit tak jarang membuat dedaunan bakung menampar wajah dari sisi kiri dan kanan.

Kami harus tetap siaga menghindari tamparan bakung.  Tak jarangakar bakung justru melilit kipas baling-baling mesin tinting.  Kami harus berupaya melepas lilitan itu supaya tinting dapat berjalan dengan mulus.

Suhu terasa sangat ekstrim, air dibawah kami sangat sejuk.  Ingin rasanya berendam kedalamnya jika tak harus berburu waktu.  Warna air tampak kecokelatan,tumbuhan lapuk larut didalamnya.  Ini  menjadi semacam pewarna alami yang menyejukkan.Sementara dibagian atas, udara terik seakan melelehkan tubuh kami.  Walau telah terlindung pakaian, hawa panasnya masih sangat membuat gerah.

Iqbal sempat menuturkan pikiran segarnya mengolah bakung untuk dijadikan bahan bakar.  Ide ini mungkin menarik karena potensi bakung cukup besar.  Tapi tentu membutuhkan kajian yang cukup dalam.!break!

Di Bagan Pulai, kami menambatkan tinting.  Perjalanan harus dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju tenda utama.  Tak sampai dua menit, saya merasakan pusing dan mual.  Sahabat saya, Donny berpengalaman berjalan di rawa gambut menyarankan untuk segera muntah.Saya mengikuti sarannya, mengorek sedikit kedalam kerongkongan lantas memuntahkan cairan dari lambung.

Ekosistem gambut memang unik karena selalu digenangi oleh air.  Kondisi ini membuat tingkat keasaman gambut lebih tinggi.  Pelapukan berlangusung lama, karenanya bekas tumbuhan mati akan menjadi cadangan bahan organik yang lama terurai lantaran pengurai enggan hidup dalam kondisi miskin oksigen di dalam tanah.