Dua Juta Tahun Lalu, Manusia Makan Burung Raksasa Seberat 453 Kilogram

By Hanny Nur Fadhilah, Kamis, 15 Juli 2021 | 18:00 WIB
Ilustrasi burung raksasa bernama Pachystruthio dmanisensis. (ANDREY ATUCHIN/ News Week)

 

Namun, penggalian di Gua Taurida di Semenanjung Krimea mengarah pada penemuan spesies burung yang sangat besar. Spesies ini bukanlah hal baru. Sebelumnya telah diidentifikasi dari fosil yang ditemukan di situs-situs di Eropa Timur. Tetapi sampai sekarang tidak jelas kapan ia hidup atau apakah manusia purba akan melakukan kontak dengannya.

Para ilmuwan mengatakan burung itu, bernama Pachystruthio dmanisensis, kemungkinan adalah makhluk yang tidak bisa terbang. Tulang pahanya, yang panjang dan tipis, menunjukkan bahwa ia adalah pelari yang cepat. Setelah menganalisis tulang, tim mengatakan berat Pachystruthio hampir setara dengan beruang kutub. 

Baca Juga: Ilmuwan Temukan Burung Beku Bertanduk Berusia 46.000 Tahun di Siberia

Perbandingan femur MNHN-NIH008 dengan femora lain dari burung unta Pleistosen. (A) Tulang paha Struthio anderssoni, dari Zhoukoudian di Tiongkok. (B) Tulang paha Pachystruthio dmanisensis di Georgia. (C) Tulang paha Pachystruthio lih. dmanisensis dari Georgia. (D) Tulang paha Struthio oldawayi, dari Olduvai di Tanzania. (E) tulang paha burung unta raksasa (Pachystruthio indet.) dari Pleistosen Bawah Cekungan Nihewan, Tiongkok utara. (F) Tulang paha Pachystruthio lih. dmanisensis, dari Gua Taurida di Crimea. Sumber: A Giant Ostrich from the Lower Pleistocene Nihewan Formation of North China, with a Review of the Fossil Ostriches of China. (Eric Buffetaut/RESEARCH GATE)

Pachystruthio ditemukan bersama tulang bison purba dan fosil lainnya, memungkinkan para ilmuwan untuk menentukan usianya antara 1,5 dan dua juta tahun yang lalu. Ini sebanding dengan usia situs arkeologi terdekat yang dianggap sebagai bukti awal hominin di luar Afrika.

Akibatnya, para peneliti percaya burung-burung besar ini akan menjadi bagian dari lanskap pada saat nenek moyang kita tiba. "Burung besar ini mungkin menjadi sumber daging, tulang, bulu, dan kulit telur bagi populasi hominin awal," tulis para ilmuwan.

Baca Juga: Dinosaurus Pterosaurus Mengajarkan Sistem Penerbangan yang Baik

(Grafis: Heri Cahyadi/National Geographic Indonesia)

Nikita Zelenkov, penulis utama studi tersebut, mengatakan bahwa belum memiliki bukti mengenai interaksi lebih lanjut dengan manusia purba, tetapi jenis apa pun dari mereka pasti ada. Dia berpikir bahwa Pachystruthio adalah hewan yang tak berbahaya. Hanya saja kemampuan berlarinya kemungkinan besar memang untuk menghindar dari pemangsa.

Terlebih hewan lain yang hidup di wilayah tersebut pada waktu yang sama dengan Pachystruthio termasuk cheetah raksasa, hyena raksasa, dan kucing bertaring tajam. Kemampuannya untuk berlari kemungkinan merupakan kunci untuk kelangsungan hidupnya.

Mereka saat ini tidak tahu spesies burung mana yang paling dekat hubungannya dengan Pachystruthio. Penggalian terus berlanjut di situs gua tempat ditemukannya. Zelenkov berharap dapat menggali lebih banyak tulang untuk lebih memahami spesies tersebut.

Baca Juga: Alvarezsaurus, Dinosaurus yang Tubuhnya Menyusut Jadi Seukuran Ayam