Erotika Timur Tengah Berusia 4.000 Tahun, Lebih Tua dari Kamasutra

By Ricky Jenihansen, Jumat, 16 Juli 2021 | 20:00 WIB
gambaran hubungan seksual antara seorang wanita dan seorang pria dalam plakat terakota dari Mesopotamia, awal milenium ke-2 Sebelum Masehi. (The Israel Museum)

 

Nationalgeographic.co.id—Barangkali selama ini museum dianggap sebagai tempat yang sunyi dan berdebu, dan sangat kecil kemungkinan untuk menemukan sesuatu yang menggairahkan. Akan tetapi, di salah satu sudut di Museum Arkeologi Israel, di bagian koleksi Timur Dekat Kuno, dua plakat tembikar yang menggambarkan seni erotis yang langka.

Erotika tersebut berusia 4.000 tahun silam atau berasal dari awal milenium kedua sebelum masehi, periode Babilonia Kuno. Artinya, plakat itu dibuat 1.500 tahun sebelum Kamasutra, seni bercinta asal India. Artefak ini menunjukan bahwa budaya Babilonia Kuno memiliki pandangan "mulia" tentang seks. Artefak ini sekaligus mengungkapkan sisi lain dari budaya timur dekat kuno yang bertolak belakang dengan nilai-nilai yang lazim di Timur Tengah modern saat ini.

Timur dekat kuno adalah sebutan dalam dunia arkeologi yang merujuk pada sebutan peradaban awal di daerah Timur Tengah modern saat ini. Kawasannya meliputi Mesopotamia (Iraq dan timurlaut Syiria), Mesir Kuno, Iran kuno, Armenia, Anatolia (Turki), dan Levant (Lebanon, ISrael, Palestine, Jordan, Cyrpus dan Kreta).

 

Laura A. Peri, kurator Western Asiatic Antiquities mengatakan, erotika Mesopotamia adalah sesuatu yang benar-benar vulgar. "Tidak semuanya, Anda tahu, (posisi) misionaris dan hanya itu," kata Peri, seperti dilansir The Time of Israel.

Ukuran dua plakat tembikar itu cukup untuk dapat dipegang dengan telapak tangan. Plakat itu menggambarkan pasangan bersenggama dengan detail luar biasa.

Plakat pertama menggambarkan seorang pria yang melakukan penetrasi kepada seorang wanita dari belakang sambil berdiri. Yang kedua, sedikit lebih kecil, menggambarkan seorang pria dan wanita dalam posisi yang sama, namun dengan wanita yang sambil minum bir dari kendi menggunakan sedotan.

Baca Juga: Kontroversi Arkeologi Raja Daud dan Sulaiman, Sains dan Alkitab

 

 

Plakat yang menggambarkan hubungan seksual pria dan wanita. Si wanita tampak sambil minum bir dari kendi menggunakan sedotan, sementara si pria mengangkat secangkir anggur ke bibirnya. (The Israel Museum)

Menurut Julia Assante, seorang sejarawan sosial Timur Dekat, wanita yang minum bir di kendi menggunakan sedotan dan pria yang mengangkat secangkir anggur ke bibirnya adalah simbol dari melakukan seks oral pada pasangannya masing-masing.

Plakat terakota dari Mesopotamia tersebut menggambarkan banyak posisi seksual yang berbeda. Salah satu yang paling populer adalah apa yang disebut secara sains dalam bahasa Latin sebagai "coitus a tergo" atau dari belakang. Seks anal saat itu dianggap sebagai alat kontrasepsi yang populer sebelum penemuan profilaksis tentang penyakit kelamin.

Plakat lainnya menggambarkan pasangan berdampingan, berdiri dan posisi klasik misionaris. Beberapa menggambarkan wanita dengan kaki terentang dan berjongkok di atas lingga besar yang lucu.

Karena plakat tanah liat erotis tersebut ditemukan di kuil-kuil, kuburan dan rumah-rumah pribadi, membuat sulit untuk menyimpulkan tentang tujuan penggunaanya. Namun yang jelas, plakat itu populer di zamannya. Assante menyimpulkan, bahwa itu semua dapat diakses oleh pria, wanita dan anak-anak.

Baca Juga: Apakah Tablet Babilonia Kuno Ini Menjadi Awal Penggunaan Trigonometri?

 

Peri, kurator yang juga ahli dalam memahami simbolisme, mengatakan bahwa penggambaran adegan erotis biasanya bukan gambar utama, juga tidak hanya milik raja atau pejabat. "Ini semacam budaya populer, karena bahannya sangat murah dan mudah dibuat," katanya.

Peri menjelaskan, bahwa teks-teks Mesopotamia kuno memang begitu gamblang dalam merinci seni erotis. The Epic of Gilgamesh, karya sastra besar Mesopotamia, memuji seks sebagai salah kesenangan dunia yang harus dinikmati manusia selama masa singkat hidup manusia.

Karya sastra tersebut juga menggambarkan seksualitas sebagai kekuatan ampuh yang membedakan manusia dari binatang. Enkidu, pria liar yang menjadi rekan seperjuangan Gilgamesh, dijinakkan oleh seorang pelacur kuil yang menjeratnya dengan tipu muslihat seksualnya.

Karya seni Israel dan Kanaan, sebagai perbandingan, biasanya memiliki sangat sedikit seksualitas, hanya sosok wanita telanjang yang menghilang setelah munculnya agama Yahudi pada abad kedelapan Sebelum Masehi.

Baca Juga: Kota Benteng Khirbet Qeiyafa: Inikah Reruntuhan Istana Nabi Daud?

 

Sketsa stenpel Kanaan dari Tel el-Far'a yang menunjukkan seorang pria mendekati seorang wanita dari belakang. (Dr. Daphna Ben Tor, kurator Arkeologi Mesir di Museum Israel)

 

Sebagai contoh, sebuah segel atau stempel Kanaan dari pertengahan milenium kedua SM, menggambarkan sosok pria dan wanita dalam postur berdiri mirip dengan plakat tanah liat di Museum Israel. Namun, kedua sosok itu berpakaian lengkap, dan tidak ada hubungan seksual laten, hanya sugesti saja. Segel tersebut menunjukan perpaduan budaya Kanaan dan Mesir kuno berdasarkan tempat ditemukannya, yaitu di Tel el-Far'a, sebuah situs arkeologi yang terletak 11 kilometer di timur laut kota Palestina, di Pegunungan Samaria, seperti dilansir dari tellelfara.com.

Kesamaan antara keduanya ini tidak terlalu mengejutkan. Israel kuno adalah jembatan darat yang menghubungkan dua peradaban besar Timur Dekat Kuno, Mesir dan Mesopotamia. Kebudayan Israel kuno sangat dipengaruhi oleh keduanya. Namun, perbedaan yang mencolok adalah dalam perspektif Babilonia dan Israel kuno tentang homoseksualitas laki-laki.

Dr. Ilan Peled dari The Hebrew University mengatakan, ada perdebatan ilmiah tentang apa tujuan seni erotis tersebut. Beberapa orang berpendapat bahwa itu adalah objek nazar untuk pemujaan Ishtar, dewi cinta. Sementara itu Assante berpendapat bahwa itu seperti jimat terakota lainnya dari zaman itu, yang dimaksudkan untuk mengusir roh jahat. Sedangkan, para ahli lainnya berpendapat bahwa hal itu menggambarkan prostitusi tanpa konteks tertentu.

"Ada kemungkinan kita hanya menghadapi (majalah) Playboy versi awal, gaya Timur Tengah," kata Peled.

Baca Juga: Arkeolog Selidiki Temuan Potongan Kain Era Raja Daud di Lembah Israel