Keadaan itu dapat terjadi karena proses mumifikasi alami, dengan kondisi tambang yang menyediakan kondisi ideal untuk pengawetan jaringan hewan dan DNA.
Pengaruh tambang garam juga terlihat pada mikroorganisme yang ada di kulit mumi kaki domba tersebut. Archaea, juga bakteri yang menyukai garam, tampak mendominasi profil mikroba yang terdapat pada mumi tersebut. Mikroba itu juga dikenal sebagai metagenom, yang mungkin juga berkontribusi pada pelestarian jaringan.
Mumi domba ini secara genetik mirip dengan domba modern yang berkembang biak di wilayah Timur Tengah, khususnya Iran, pada zaman sekarang. Temuan ini menunjukkan bahwa terdapat kesinambungan nenek moyang domba di Iran, setidaknya sejak 1.600 tahun yang lalu.
Tim juga mengeksploitasi pengawetan DNA domba untuk menyelidiki gen yang terkait dengan domba berbulu (wol) dan domba ekor gemuk. Dua jenis domba yang kerap dikaitkan dengan fungsi dan nilai ekonominya—sampai hari ini.
Baca Juga: Temuan Mumi Manusia Garam Asal Iran Kuno dari Tambang Chehrabad
Setelah tim melacak genetik temuan mumi domba, mereka mengungkap bahwa mumi tersebut tidak memiliki varian gen yang terkait dengan domba berbulu. Namun demikian, analisis serat dengan menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM) menemukan detail mikroskopis dari serat rambut yang konsisten dengan ras berbulu atau bulu campuran.
Menariknya, mumi tersebut membawa varian genetik yang terkait dengan domba berekor gemuk. Hal ini menunjukan bahwa domba itu mirip dengan domba berbulu dan domba ekor gemuk yang terlihat di Iran saat ini.Baca Juga: Stalagmit di Gua Iran Ungkap Kejatuhan Kekaisaran Mesopotamia Pertama
Conor Rossi, penuli utama dan kandidat doktor di School of Genetics and Microbiology, mengatakan bahwa sisa mumi yang cukup langka ini memberikan sekelumit bukti empiris tentang kelangsungan hidup DNA purba di jaringan sebelum penelitian ini.
Baca Juga: Cikal Bakal Puding Yaitu Haggis yang Berasal dari Bagian Dalam Domba
"Integritas DNA yang mencengangkan, tidak seperti apa pun yang kami temui dari tulang dan gigi purba sebelumnya," tulisnya di laman Trinity College Dublin. "Pelestarian DNA ini, ditambah dengan profil metagenomik yang unik, merupakan indikasi betapa fundamental lingkungan bagi dinamika jaringan dan peluruhan DNA."
Sementara itu, Dr Kevin G Daly, yang juga dari School of Genetics and Microbiology, mengatakan bahwa tim telah menggunakan kombinasi pendekatan genetik dan mikroskopis dalam menganalisa mumi itu. Dia melanjutkan, tim telah berhasil membuat gambaran genetik tentang pengembangbiakan domba di Iran 1.600 tahun yang lalu, dan bagaimana domba-domba dimanfaatkan.
"Dengan menggunakan pendekatan lintas disiplin, kita dapat mempelajari tentang apa yang dihargai oleh budaya kuno terhadap hewan, dan penelitian ini menunjukkan kepada kita bahwa orang-orang Iran era Sasanian mungkin telah mengelola kawanan domba yang dikhususkan untuk konsumsi daging, menunjukkan praktik peternakan yang berkembang dengan baik," kata Kevin.
Baca Juga: Makna Simbol Tato Tertua di Dunia pada Mumi Lelaki Mesir Kuno