Nationalgeographic.co.id—"Di saat mengonsumsi makanan manis, hormon serotonin meningkat. Ini membuat meningkatnya rasa nyaman sehingga stresnya turun," kata seorang nutrisionis dari Lagizi, Jansen Ongko, MSc, RD.
Berdasarkan fakta tersebut banyak orang mencari makanan yang bercita rasa manis karena dapat meningkatkan produksi hormon serotonin dalam tubuh. Istilah ‘ngemil’ lebih menjurus kepada kaum hawa ketika tingkat stress mengurus pekerjaan, rumah tangga ataupun hubungan asmara semakin meningkat. Ditemani dengan secangkir kopi dan perbincangan sesame teman, kaum hawa biasanya akan menyantap makanan manis seperti puding, es krim, permen, panekuk, cokelat, hingga slice cake.
Tidak jarang pula, kaum hawa menyimpan makanan manis yang mudah dibuat di rumah, seperti puding. Ternyata pada Abad Pertengahan, puding lebih sering disajikan dalam berbagai jenis hidangan penutup dari Persemakmuran Inggris. Zaman dahulu, istilah puding merupakan makanan penutup yang berasal dari buah-buahan.
Berdasarkan laman localhistories.org, ternyata ‘si manis’ puding pada Abad Pertengahan, merupakan makanan penutup orang kaya selain buah yang diawetkan, roti jahe, almon manis, jeli, serta wafer mentega. Sebuah fakta terungkap, bahwa puding yang dianggap makanan manis, pada Abad Pertengahan tepatnya di Eropa adalah hidangan berbahan dasar daging yang dibungkus.
Puding berasal dari bahasa Perancis yaitu boudin yang berarti "sosis darah" serta bahasa Latin, botellus yang berarti "sosis kecil". Puding pertama kali dibuat oleh koki kuno yang mirip sosis bercita rasa gurih. Salah satu contoh puding bercita rasa gurih adalah haggis.
Berdasarkan laman visitscotland.com, haggis merupakan makanan nasional Skotlandia populer yang terbuat dari jantung, hati, paru-paru domba yang dicampur dengan bawang bombai, serta aneka rempah, garam, lemak, dan oatmeal. Haggis dibungkus dalam perut hewan dan kemudian direbus selama 3 jam.
Perkembangan puding manis terjadi pada abad ke-17 di Inggris. Puding akhirnya terdiri dari dua rasa, yaitu rasa manis dan gurih yang biasanya diolah dengan direbus dalam kantong puding khusus. Selain itu, puding roti dan mentega juga menjadi hidangan umum di abad ke-17.
Meskipun pada abad ke-19, puding masih diolah dengan cara direbus tapi hasilnya lebih mirip kue. Salah satu contohnya adalah puding plum atau puding natal yang disajikan secara tradisional pada saat perayaan natal. Selain itu, dikenal juga puding beras sebagai obat yang baik untuk pencernaan.
Tidak lama terjadi Revolusi Industri yang ditandai dengan produksi kue dan jeli semakin meningkat. Berbagai makanan pencuci mulut baru ditemukan pada abad ke-19 seperti, Bakewell tart yang lebih dikenal puding Bakewell. Puding Roly Poly, Spotted Dick, Peach Melba juga ditemukan pada akhir abad ke-19.
Source | : | localhistories.org |
Penulis | : | Bella Jingga Ardilla |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR