Doppelgänger, Alasan di Balik Wajah Kembar Meski Bukan Saudara

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 20 Juli 2021 | 20:26 WIB
Agnes Loonstra dan Ester Scholten. Kejadian orang kembar tetapi bukan hubungan kandung, langka terjadi. Fenomena ini disebut doppelgänger yang terbentuk karena gen atau persepsi kita. (François Brunelle/INSDER )

 

Mereka menganalisa 4.000 individu untuk mencari wajah yang sama, tetapi tidak menemukannya. Barulah lewat persamaan matematika, dengan menggunakan kombinasi delapan ciri metrik wajah, memungkinkan dua wajah ditemukan.

"Penggunaan sifat 'deskriptif' [dalam penelitian,] melibatkan kata sifat seperti 'lebar' dan 'melengkung' untuk mengkategorikan fitur wajah seperti hidung, sedangkan sifat 'metrik' paling sering melibatkan pengukuran jarak antara titik-titik tertentu pada wajah," kata Henneberg, diktuip dari rilis Univeristy of Adelaide.

"Deskriptif tidak dianggap sebagai metode evaluasi yang dapat diandalkan karena sifat seperti warna mata seseorang bersifat subjektif."

Baca Juga: Sains Terbaru: Ternyata Anak Kembar Lebih Lambat dalam Berkomunikasi

Tentara Korea Utara berbaris jika dilihat sekilas akan terlihat kembar seluruhnya, tanpa memerhatikan detil dari tiap individu mereka. (David Guttenfelder/AP via National Geographic)

"Dalam penelitian kami, kami hanya menggunakan metrik (pengukuran antropometri wajah) dari kepala, hidung, mata, dan bibir individu, yang dikumpulkan oleh orang-orang yang memenuhi syarat dalam antropometri," tambahnya.

Lucas menambahkan, penelitiannya adalah bukti yang kuat dalam kasus kriminal, bahwa sangat hampir mustahil seseorang bertindak kejahatan dilakukan berkat adanya orang yang kembar.

DNA dan gen

Tetapi yang menjadi faktor pertama mengapa kita memiliki kembaran adalah DNA. Berdasarkan laporan penelitian di Science Advances, Rabu (14/02/2021) ternyata DNA kita, hanya tujuh persen yang unik. Keunikan ini pun yang menjadi alasan mengapa kita juga memiliki sedikit kemiripan dengan manusia purba, seperti Neanderthal dan Denisova.

Dalam makalah berjudul An ancestral recombination graph of human, Neanderthal, and Denisovan genomes itu, para peneliti juga menemukan bahwa genom kita sendiri hanya 1,5 persen yang unik dari sesama kita--spesies manusia baru.

“Kami dapat mengatakan bahwa wilayah genom itu sangat kaya untuk gen yang berkaitan dengan perkembangan saraf dan fungsi otak,” kata Richard Green, ahli bilogi komputasi University of California, salah satu penulis makalah dikutip dari Phys.

Melansir dari Women's Health, Joseph McInernery dari American Society of Human Genetics memaparkan, bahwa dirinya juga pernah meneliti gen dari dua orang kembar doppelgänger.

Dia mengatakan bahwa setiap dua orang yang diambil secara acak, ternyata mereka berbagi sekitar 99,5 persen dari urutan gennya. Dengan kata lain, sekitar 0,5 gen kita adalah unik jika dibandingkan dengan kembaran kita--yang entah itu berada di mana atau kapan dia hidup.

Baca Juga: Marie Thomas dan Anna Warouw, Si 'Kembar' Pelopor Dokter Perempuan di Indonesia