Nationalgeographic.co.id - Banyak frasa bijak yang bertebaran bahwa setiap manusia itu unik. Anda bisa menemukan dengan mudahnya frasa-frasa itu di internet, media sosial, hingga buku-buku improvisasi diri.
Meski demikian, sedang ramai pula di dunia maya foto orang-orang yang dikumpulkan karena mirip artis terkenal. Influencer Reza Oktovian misalnya yang dikumpulkan warganet bersama deretan foto wajah orang lain yang mirip dengannya, bahkan seekor kucing. Fenomena seperti ini disebut dengan doppelgänger.
Mengapa kita memiliki kembaran? Bukankah setiap manusia itu unik?
Tahun 2015, para peneliti di Australia di International Journal of Legal Medicine mencoba menghitung seberapa mungkin kita memiliki doppelgänger, yakni dua orang yang secara persis dalam delapan fitur wajah utama kita.
Mereka menemukan bahwa ada sekitar satu dari 135 kemungkinan kita memiliki kembaran yang lengkap di suatu tempat di dunia. Kemudian satu banding 1 triliun kasus kemungkinan seseorang yang kita temui di jalan memiliki kemiripan persis.
Teghan Lucas, yang pada saat itu merupakan mahasiswa doktoral di University of Adelaide, bersama Maciej Henneberg dalam laporan itu, mereka mengandalkan database antropometrik militer Amerika Serikat.
Mereka menganalisa 4.000 individu untuk mencari wajah yang sama, tetapi tidak menemukannya. Barulah lewat persamaan matematika, dengan menggunakan kombinasi delapan ciri metrik wajah, memungkinkan dua wajah ditemukan.
"Penggunaan sifat 'deskriptif' [dalam penelitian,] melibatkan kata sifat seperti 'lebar' dan 'melengkung' untuk mengkategorikan fitur wajah seperti hidung, sedangkan sifat 'metrik' paling sering melibatkan pengukuran jarak antara titik-titik tertentu pada wajah," kata Henneberg, diktuip dari rilis Univeristy of Adelaide.
"Deskriptif tidak dianggap sebagai metode evaluasi yang dapat diandalkan karena sifat seperti warna mata seseorang bersifat subjektif."
Baca Juga: Sains Terbaru: Ternyata Anak Kembar Lebih Lambat dalam Berkomunikasi
"Dalam penelitian kami, kami hanya menggunakan metrik (pengukuran antropometri wajah) dari kepala, hidung, mata, dan bibir individu, yang dikumpulkan oleh orang-orang yang memenuhi syarat dalam antropometri," tambahnya.
Lucas menambahkan, penelitiannya adalah bukti yang kuat dalam kasus kriminal, bahwa sangat hampir mustahil seseorang bertindak kejahatan dilakukan berkat adanya orang yang kembar.
DNA dan gen
Tetapi yang menjadi faktor pertama mengapa kita memiliki kembaran adalah DNA. Berdasarkan laporan penelitian di Science Advances, Rabu (14/02/2021) ternyata DNA kita, hanya tujuh persen yang unik. Keunikan ini pun yang menjadi alasan mengapa kita juga memiliki sedikit kemiripan dengan manusia purba, seperti Neanderthal dan Denisova.
Dalam makalah berjudul An ancestral recombination graph of human, Neanderthal, and Denisovan genomes itu, para peneliti juga menemukan bahwa genom kita sendiri hanya 1,5 persen yang unik dari sesama kita--spesies manusia baru.
“Kami dapat mengatakan bahwa wilayah genom itu sangat kaya untuk gen yang berkaitan dengan perkembangan saraf dan fungsi otak,” kata Richard Green, ahli bilogi komputasi University of California, salah satu penulis makalah dikutip dari Phys.
Melansir dari Women's Health, Joseph McInernery dari American Society of Human Genetics memaparkan, bahwa dirinya juga pernah meneliti gen dari dua orang kembar doppelgänger.
Dia mengatakan bahwa setiap dua orang yang diambil secara acak, ternyata mereka berbagi sekitar 99,5 persen dari urutan gennya. Dengan kata lain, sekitar 0,5 gen kita adalah unik jika dibandingkan dengan kembaran kita--yang entah itu berada di mana atau kapan dia hidup.
Baca Juga: Marie Thomas dan Anna Warouw, Si 'Kembar' Pelopor Dokter Perempuan di Indonesia
Hasil serupa juga dipaparkan oleh Michael Sheehan dari Museum of Comparative Zoology and Integrative Biology University of California bersama rekannya, Michael Nachman. Mereka menulis makalah Morphological and population genomic evidence that human faces have evolved to signal individual identity di Nature Communication 2014 lalu.
Mereka melaporkan, wajah manusia sebenarnya lebih berbeda, dan memiliki variasi daripada panjang dan lebarnya tangan atau kaki. Hal itu karena gen memang berkaitan dengan tampilan kita, daripada anatomi kita lainnya.
"Hanya ada begitu banyak keragaman genetik," terang Sheehan dikutip dari Live Science. Dia mengibaratkan kesamaan genetik tetaplah langka dengan kartu remi.
Baca Juga: Enam Satwa Ini Memiliki DNA Mirip Manusia, Kucing Salah Satunya
"Kalau Anda mengocok setumpuk kartu itu berkali-kali, pada titik tertentu, Anda akan dapatkan kartu yang sama dibagikan kepada Anda dua kali," tambahnya.
Terlebih, kemiripan akan sangat mungkin terjadi jika seseorang itu memiliki detail latar belakang yang sama, seperti keluarga, etnis, dan ras.
"Ini tidak seperti Anda menemukan orang Asia dan Eropa yang terlihat hampir identik," kata Arthur Beaudet, menanggapi dan tidak terlibat dalam makalah tersebut. Dia adalah profesor molekular di Baylor College of Medicine, Houston, Amerika Serikat.
"Anda menemukan dua orang dari keturunan yang sama yang mungkin, pada kenyataannya, memiliki cukup banyak berbagi genetik ketika Anda kembali."
Namun gagasan gen ini mengalami 'kekacauan' seiring dengan penyebaran manusia modern di era global. Membuat beberapa kelompok dari seorang etnis, bisa saja membawa bayi dari kelompok lain.
"Orang-orang tidak banyak bergerak," kata Beaudet. "Saat ini, kami memiliki banyak orang yang kawin dengan orang-orang dari benua lain.
Baca Juga: Efek Pareidolia, Bagaimana Otak Kita Merespon Benda yang Mirip Wajah?
Persepsi yang menipu
Faktor kedua mengapa kita bisa melihat seseorang terlihat mirip adalah berkat kemampuan mata kita memandang wajah seseorang.
Francois Brunelle, seorang fotografer di Montreal, Kanada, memotret lebih dari 200 pasangan kembar. Menurutnya pandangan dua orang—atau lebih—berwajah kembaran hanyalah sekilas. Jika hendak melihatnya lebih rinci, tentu akan ada perbedaan 'internal'.
Akibatnya, pandangan mirip pada wajah bersifat subjektif karena persepsi, dan definisi kemiripan yang tidak bisa dihitung pasti secara angka, terang Brunelle di BBC.
"Beberapa orang kembar ketika dikumpulkan, mereka berkata 'Tidak, ah, saya tidak melihat kembarnya. Sungguh tidak ada!'. Padahal [wajah kembar] ini sangat jelas bagi semua orang; agak gila sepertinya," ujarnya.
Nick Fieller, ahli statistik dalam projek identifikasi wajah The Computer-Aided Facial Regonition Project memaparkan, identifikasi kemiripan oleh persepsi orang-orang terbatas, seperti hanya pada garis dan gaya rambut, dan alisnya.
"Untuk seseorang dengan wajah 'rata-rata', relatif mudah untuk menemukan pasangan yang cocok," kata Fieller. "Saya pikir kebanyakan orang memiliki seseorang yang wajahnya mirip, kecuali mereka memiliki wajah yang benar-benar luar biasa dan tidak biasa," katanya.