Doppelgänger, Alasan di Balik Wajah Kembar Meski Bukan Saudara

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 20 Juli 2021 | 20:26 WIB
Agnes Loonstra dan Ester Scholten. Kejadian orang kembar tetapi bukan hubungan kandung, langka terjadi. Fenomena ini disebut doppelgänger yang terbentuk karena gen atau persepsi kita. (François Brunelle/INSDER )

 

Hasil serupa juga dipaparkan oleh Michael Sheehan dari Museum of Comparative Zoology and Integrative Biology University of California bersama rekannya, Michael Nachman. Mereka menulis makalah Morphological and population genomic evidence that human faces have evolved to signal individual identity di Nature Communication 2014 lalu.

Mereka melaporkan, wajah manusia sebenarnya lebih berbeda, dan memiliki variasi daripada panjang dan lebarnya tangan atau kaki. Hal itu karena gen memang berkaitan dengan tampilan kita, daripada anatomi kita lainnya.

"Hanya ada begitu banyak keragaman genetik," terang Sheehan dikutip dari Live Science. Dia mengibaratkan kesamaan genetik tetaplah langka dengan kartu remi.

Baca Juga: Enam Satwa Ini Memiliki DNA Mirip Manusia, Kucing Salah Satunya

Doppelgänger atau wajah kembar bisa terjadi pada orang dengan jenis kelamin yang berbeda. Semua tergantung pada gen yang dimiliki, dan persepsi orang yang melihatnya. (Francois Brunelle)

"Kalau Anda mengocok setumpuk kartu itu berkali-kali, pada titik tertentu, Anda akan dapatkan kartu yang sama dibagikan kepada Anda dua kali," tambahnya.

Terlebih, kemiripan akan sangat mungkin terjadi jika seseorang itu memiliki detail latar belakang yang sama, seperti keluarga, etnis, dan ras.

"Ini tidak seperti Anda menemukan orang Asia dan Eropa yang terlihat hampir identik," kata Arthur Beaudet, menanggapi dan tidak terlibat dalam makalah tersebut. Dia adalah profesor molekular di Baylor College of Medicine, Houston, Amerika Serikat.

"Anda menemukan dua orang dari keturunan yang sama yang mungkin, pada kenyataannya, memiliki cukup banyak berbagi genetik ketika Anda kembali."

Namun gagasan gen ini mengalami 'kekacauan' seiring dengan penyebaran manusia modern di era global. Membuat beberapa kelompok dari seorang etnis, bisa saja membawa bayi dari kelompok lain.

"Orang-orang tidak banyak bergerak," kata Beaudet. "Saat ini, kami memiliki banyak orang yang kawin dengan orang-orang dari benua lain.

Baca Juga: Efek Pareidolia, Bagaimana Otak Kita Merespon Benda yang Mirip Wajah?

Ersa Mayori (kiri) dan Cut Tari (kanan), keduanya sekilas terlihat mirip. Tetapi dapat dibedakan dengan mengamati lebih detail unsur internal di kedua wajah mereka. (via Suara.com)

Persepsi yang menipu

Faktor kedua mengapa kita bisa melihat seseorang terlihat mirip adalah berkat kemampuan mata kita memandang wajah seseorang.

Francois Brunelle, seorang fotografer di Montreal, Kanada, memotret lebih dari 200 pasangan kembar. Menurutnya pandangan dua orang—atau lebih—berwajah kembaran hanyalah sekilas. Jika hendak melihatnya lebih rinci, tentu akan ada perbedaan 'internal'.

Akibatnya, pandangan mirip pada wajah bersifat subjektif karena persepsi, dan definisi kemiripan yang tidak bisa dihitung pasti secara angka, terang Brunelle di BBC.

"Beberapa orang kembar ketika dikumpulkan, mereka berkata 'Tidak, ah, saya tidak melihat kembarnya. Sungguh tidak ada!'. Padahal [wajah kembar] ini sangat jelas bagi semua orang; agak gila sepertinya," ujarnya.

Nick Fieller, ahli statistik dalam projek identifikasi wajah The Computer-Aided Facial Regonition Project memaparkan, identifikasi kemiripan oleh persepsi orang-orang terbatas, seperti hanya pada garis dan gaya rambut, dan alisnya.

"Untuk seseorang dengan wajah 'rata-rata', relatif mudah untuk menemukan pasangan yang cocok," kata Fieller. "Saya pikir kebanyakan orang memiliki seseorang yang wajahnya mirip, kecuali mereka memiliki wajah yang benar-benar luar biasa dan tidak biasa," katanya.