Virus Cacar Monyet Menginfeksi Manusia Lagi Setelah 18 Tahun Berlalu

By Utomo Priyambodo, Senin, 19 Juli 2021 | 19:00 WIB
Cacar monyet (monkeypox). (straitstimes.com via Tribun-Bali.com)

Cacar monyet atau monkeypox adalah penyakit virus langka yang kebanyakan terjadi di daerah terpencil di Afrika Tengah dan Barat, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO). Virus ini hidup pada hewan, termasuk primata dan hewan pengerat, tetapi kadang-kadang dapat "melompat" dari hewan ke manusia, kata WHO.

Virus ini menyebar dari orang ke orang terutama melalui paparan tetesan pernapasan (droplet), yang dapat masuk ke tubuh melalui selaput lendir di mata, mulut, dan hidung. Selain itu, cacar monyet juga dapat ditularkan ketika seseorang melakukan kontak dengan lesi atau cairan tubuh orang yang terinfeksi. Ssecara tidak langsung, seseorang dapat tertular cacar monyet dari kontak dengan pakaian atau linen yang terkontaminasi, menurut CDC.

Virus cacar monyet terkait dengan virus yang menyebabkan cacar, meskipun cacar monyet adalah penyakit yang lebih ringan dan tidak mudah menyebar antar manusia, sebagaimana dilaporkan Live Science sebelumnya.

Baca Juga: Virus Cacar Monyet: Dari Mana Asalnya dan Bagaimana Mencegahnya?

Partikel dalam virus cacar monyet. (Public Domain)

Orang yang terinfeksi virus cacar monyet biasanya mengalami gejala seperti flu dan pembengkakan kelenjar getah bening, yang berkembang menjadi ruam yang meluas, dengan gejala yang berlangsung dua hingga empat minggu. Jenis cacar monyet yang diidentifikasi dalam kasus saat ini telah ditemukan berakibat fatal pada sekitar 1% orang, kata CDC.

Saat ini belum ada pengobatan yang aman untuk cacar monyet. Namun, untuk membantu mengendalikan wabah di AS, vaksin cacar dan obat cacar dapat digunakan, kata CDC.

CDC saat ini bekerja dengan maskapai penerbangan dan pejabat kesehatan untuk menghubungi para penumpang dan orang-orang lain yang mungkin telah terpapar pasien tersebut selama perjalanan mereka baru-baru ini.

Baca Juga: Berapa Lama Sistem Kekebalan Manusia Mampu Mengalahkan Pandemi?