"Kehadiran sistem deteksi berbasis gerak biologis pada laba-laba pelompat memperdalam pertanyaan mengenai asal usul evolusi dari strategi pemrosesan visual ini dan membuka kemungkinan bahwa mekanisme semacam itu mungkin tersebar luas di seluruh kerajaan hewan," papar mereka sebagaimana dilansir Science Alert.
Kalau dipikir-pikir, memang masuk akal bahwa laba-laba pelompat sebagai makhluk hidup harus bisa membedakan antara makhluk hidup dan benda tak hidup. Kemampuan ini benar-benar bisa menjadi masalah hidup atau mati bagi mereka untuk menghindarkan diri mereka dari predator, atau untuk mengejar mangsa. Namun demikian, tidak jelas apakah makhluk invertebrata kecil itu bergantung pada kemampuan untuk membedakan antara gerak dan non-gerak, atau benda hidup dan mati tersebut.
Laba-laba pelompat tampaknya menjadi kandidat yang sangat baik untuk pengujian ini karena hewan itu memiliki penglihatan yang sangat bagus. Seperti semua laba-laba, mereka memiliki delapan mata, tetapi mata laba-laba pelompat mencakup dua mata besar berwarna hitam jernih yang berkilauan di bagian depan wajah kecil mereka, yang mungkin memberi mereka penglihatan warna tetrakromatik.
Baca Juga: Ratusan Laba-laba Pemburu Menyerbu Kamar Seorang Anak di Australia
Baca Juga: Kain Ini Terbuat dari Jaring Laba-laba, Produk Tekstil Terlangka Dunia
Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh ahli biologi Massimo De Agrò, mantan peneliti di Harvard University, mengumpulkan 60 spesimen M. semilimbatus yang umum ditemukan di seluruh belahan utara bumi. Semua laba-laba ini kemudian menjadi sasaran uji titik-cahaya yang dirancang khusus oleh tim tersebut.
De Agrò dan timnya merancang tampilan titik-cahaya berdasarkan sendi laba-laba. Mereka juga merancang tampilan titik-cahaya lainnya, termasuk elips bergerak, dan gerakan acak yang tidak menyerupai gerakan makhluk hidup mana pun.