Untuk menunjukkan titik-titik animasi tersebut kepada laba-laba, tim menahan tubuh laba-laba tetap di tempatnya di atas "treadmill" bulat yang berguling di atas aliran udara terkompresi. Cara laba-laba mencoba berjalan di atas treadmill dianggap sebagai indikator responsnya terhadap animasi titik-cahaya tersebut. Masing-masing dari 60 laba-laba kemudian diperlihatkan tampilan tiap titik-cahaya, dan reaksi mereka dicatat dengan cermat.
Baca Juga: Bagaimana Laba-laba Bisa Memangsa Ular yang Jauh Lebih Besar?
Baca Juga: Sudah Mati Selama 110 Juta Tahun, Mata Laba-Laba Ini Tetap Menyala dalam Gelap
Menariknya, laba-laba pelompat memutar tubuh mereka agar melihat dengan mata-mata sekunder mereka ketimbang dengan dua mata besar mereka pada tampilan yang kurang hidup. Efek ini terlihat paling menonjol saat mereka dihadapkan dengan tampilan titik-cahaya acak yang paling tidak mirip dengan organisme hidup. Kedua mata besar mereka hanya diprioritaskan pada tampilan yang aneh, yang paling mirip dengan makhluk hidup.
Tim menyadari ini ada hubungannya dengan cara kerja mata laba-laba. Mata-mata sekunder di sisi kepala laba-laba mungkin tidak memiliki ketajaman visual seperti dua mata besar utama, tetapi mata-mata sekunder itu memberi laba-laba penglihatan hampir 360 derajat.
"Mata-mata sekunder melihat tampilan gerakan biologis titik-cahaya ini dan mata-mata itu sudah bisa memahaminya, sedangkan gerakan acak lainnya aneh dan mata-mata sekunder itu tidak mengerti apa yang ada di sana," jelas De Agrò.
Tim berharap sistem mereka dapat digunakan untuk menerapkan pengujian mereka ke invertebrata lain, seperti serangga dan siput, untuk mencoba dan mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana kemampuan ini berevolusi. Adapun 60 laba-laba itu sudah dikembalikan ke alam bebas tanpa cedera, meskipun mungkin merasa sedikit bingung.
Baca Juga: Bahaya Gigitan Laba-laba Black Widow: Tak Bisa Buang Air Kecil