Di perahu kembang itu, Shi Yang mempelajari sedikit demi sedikit bisnis dunia gelap, seperti dilansir dari The Vintage News. Mengambil alias Shi Xianggu, ia banyak mendengarkan rahasia dari orang-orang penting, dari pegawai pemerintah hingga para saudagar. Kecantikan dan kepiawaiannya dalam menjajakan informasi menjadi daya tarik bagi pelanggan-pelanggan besar, termasuk seorang bos perompak bernama Zheng Yi.
Zheng Yi merupakan perompak besar di Guangdong. Ia memimpin sekitar 300 kapal dan 20.000 perompak, yang tergabung dalam panji Armada Bendera Merah.
Zheng Yi merupakan salah satu dari banyak bajak laut di Laut Cina Selatan saat itu. Menurut sejarawan Dian Murray, maraknya perompak Tiongkok tidak lepas dari dukungan Kerajaan Vietnam, yang saat itu berada di bawah Dinasti Tay Son. Dinasti ini merengkuh kekuasaan melalui pemberontakan terhadap Wangsa Nguyen dan Trinh yang berlangsung selama tiga puluh tahun.
Akibat kondisi Vietnam yang tidak stabil, dinasti ini banyak memperkerjakan perompak Tiongkok sebagai tentara bayaran. Jumlah perompak pun meledak, khususnya di Guangdong. Mereka saling bersaing untuk memperebutkan kekuasaan penuh atas Laut Cina Selatan, termasuk Zheng Yi.
Baca Juga: Peneliti Mengungkap Sejarah Domestikasi Ganja Melalui Sekuens Genom
Sang bos perompak menaruh hatinya pada Shi Yang, dan melamarnya pada tahun 1801. Cerita cinta dari kedua insan ini masih terbilang simpang siur, seperti dilansir dari Ancient Origins. Sumber yang satu mengatakan bahwa Zheng Yi menculik Shi Yang dan membakar bordil tempat ia bekerja. Adapun sumber lain melihat bahwa Zheng Yi hanya sekadar datang dan melamarnya begitu saja.
Namun semua sumber setuju bahwa Shi Yang tidak mau dimadu begitu saja. Sebagai salah satu syarat, Shi Yang menginginkan kontrol atas 50 persen armada kapal dan keuntungan dari Zheng Yi. Entah terbutakan cinta atau tertarik dengan kecerdikan Shi Yang, Zheng Yi mengiyakan tawaran tersebut. Keduanya resmi menikah, dan bersama-sama menjadi pimpinan armada ratusan kapal.
Shi Yang kemudian dikenal dengan nama Zheng Yi Sao atau Zheng Shi, yang berarti "istri dari Zheng Yi". Oleh orang Barat, nama ini kemudian menjadi Ching Shih yang lebih populer dipakai saat ini.
Pemberontakan Tay Son diredam pada 1802. Pasangan suami istri ini memanfaatkan situasi tersebut untuk menghimpun kekuasaan. Sebagai salah satu kelompok terkuat, Armada Bendera Merah mulai menyatukan kelompok perompak yang tercecer di Laut Cina Selatan. Dilansir dari Hypotheses, Zheng Yi dan Ching Shih mampu meyakinkan para bajak laut untuk bersatu dalam rangka meningkatkan profit. Persatuan ini kemudian dikenal sebagai Konfederasi Bajak Laut Guangdong.
Baca Juga: Jalur Rempah Utara-Selatan: Simpul Filipina, Tiongkok, dan Nusantara