Gumpalan di Bawah Mantel Bumi, Benarkah Sisa Terciptanya Bulan?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Minggu, 25 Juli 2021 | 15:00 WIB
Tumbukan yang dialami Theia, planet purba Bumi, mengakibatkan terbentuknya Bulan. Kini para ilmuwan mencari bukti keberadaannya dalam penelitian di dalam magma planet kita. (Mark Garlick/Science Photo Library)

Lantaran, untuk menangkap dan menahan begitu banyak hidrogen ringan di bulan memerlukan ukuran yang lebih besar dari Bumi. Kemudian hidrogen ini mengering, karena cairan apa pun, yang secara alami yang kaya hidrogen berat, pasti akan meningkatkan deuteriumnya di angkasa bebas.

Theia yang diyakini besar dan kering itu akan terpisah menjadi lapisan dan intinya yang kekurangan zat besi. Tetapi mantelnya justru kaya zat besi dengan sekitar dua hingga 3,5 persen lebih padat dari Bumi kini, Desch menjelaskan.

Dia juga menambahkan, bahwa penelitian kedepannya yang perlu dilakukan adalah mencari sampel batuan dari Bulan yang baru. Sebab sampel yang ditawarkan Apollo tidak satu pun menangkap materi yang serupa dengan mantel bumi yang tidak berubah.

Baca Juga: Rencana NASA Terbaru: Membuat Pos di Bulan Agar Manusia Bisa ke Mars

 

Itu sebabnya, Desch menerangkan, misi NASA dan Tiongkok yang hendak mernecanakan misi robotik ke kutub selatan Bulan dalam dekade ini, akan sangat dinantikan hasilnya.

Jennifer Jenkins, seismolog Durham University di forum yang sama memaparkan, apa bila sisa Theia benar-benar ada di dalam Bumi, penelitian ini akan membuka akses para ahli seisomolog untuk melihat materi yang sangat padat ini di mantel lebih mendalam.

Dan bisa jadi, sisa-sisa ini berasal dari inti yang kaya besi yang tenggelam dari planet kerdil lain yang juga menghantam Bumi kita yang masih muda.

Batu dari Bumi yang ditemukan di Bulan. (IFL Science)

Namun, Yuan, Desch, dan tim harus berhati-hati dalam penelitiannya. Barbara Romanowicz , seisomolog dari University of California, bersama ahli geofisika Paris-Scalya University Anne Davaille, melakukan studi pada September 2020 lalu akan bukti kabur gelombang seismik.

Romanowicz dan Davaille menulis makalah Deflating the LLSVPs: Bundles of Mantle Thermochemical Plumes Rather Than Thick Stagnant “Piles” yang diterbitkan di Tectonics. Alih-alih mencapai 1.000 kilometer, tumbukan lapisan di bawah tanah yang dideteksi bisa jadi naik beberapa ratus kilometer sebelum menjadi pecah dalam bentuk gumpalan yang bercabang.

Sehingga, bukti LLSVP yang mengandalkan gelombang seismik frekuensi rendah, bisa jadi hanyalah sekedar ilusi yang yang diciptakan oleh model interior.

Baca Juga: Studi: Bumi Sebenarnya Dua Planet yang Bergabung