Dougherty dan tim menguji tiga hipotesis untuk kecemerlangan kerang: menarik pasangan untuk bertelur, menarik perhatian plankton yang mencari cahaya, atau mengirim peringatan kepada pemangsa potensial.
Mereka mengguji tiga hipotesis dengan memasukkan ancaman, makanan, dan lawan jenis ke dalam tangki penangkaran kerang dan mengamati bagaimana moluska beraksi.
Tim menemukan sedikit bukti bahwa kilatan disko menarik pelamar, karena penghilatan kerang mungkin terlalu buruk untuk melihat kilatan. Akan tetapi, dua hipotesis lainnya membuahkan—setidaknya pendahuluan.
Ketika tim memindahkan pemangsa palsu menuju kerang disko, frekuensi kilatannya meningkat, dari 1,5 menjadi 2,5 hertz. "Jadi itu memiliki reaksi yang sangat jelas terhadap pemangsa potensial," kata Dougherty. Ketika plankton dimasukkan ke dalam tangki, kecepatan kilatan disko juga meningkat, meski tidak sebanyak itu.
Dalam kedua contoh itu, mereka menjadi bersemangat. "Bisa dibilang. Gembira atau takut," tutur Dougherty.
Baca Juga: 'Penguin Monster' Julukan Temuan Fosil Penguin Setinggi Manusia
Pada tubuh kerang disko, tim terkejut menemukan belerang di tentakel dan mantelnya. "Belerang adalah bahan utama dalam asam sulfat, yang sagat tidak disukai predator," kata Dougherty.
Untuk menguji hipotesis lebih lanjut, tim memasukkan udang mantis, sejenis krustasea agresif ke dalam tangki. Udang itu kemudian mulai bertingkah aneh.
"Kami memiliki beberapa rekaman semacam udang mantis yang mundur dan kemudian membersihkan bagian mulutnya dan kemudian menjadi katatonik setelah berinteraksi dengan disko."
Perkataan Dougherty itu menunjukkan bahwa pemangsa mengabaikan kilatan kerang hanya untuk mencicipi sesuatu yang tidak disukainya, seperti asam sulfat.
Dia menambahkan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan di alam liar untuk menentukan apakah plankton benar-benar dapat melihat tampila visual disko, dan apakah jenis kerang serupa juga mengeluarkan asam sulfat.
Itu tidak masalah bagi Dougherty. "Bagi saya, tempat yang paling menyenangkan adalah di bawah air dengan kerang."
Baca Juga: Hari Mangrove Sedunia, Merawat Benteng Terakhir di Ekosistem Pesisir