100 Tahun Lalu, Enstein Disambut Sebagai Pahlawan oleh Yahudi Amerika

By Fikri Muhammad, Rabu, 28 Juli 2021 | 18:00 WIB
Albert Einstein tiba di New York dengan SS Rotterdam IV; kerumunan orang menunggu kedatangannya di Amerika. ( Getty Images) ()

Nationalgeographic.co.id—Ribuan warga New York berbaris di pelabuhan saat kapal uap Rotterdam berhenti di dermaga pada 2 April 1921.

Mereka bersorak bukan untuk bintang film maupun negarawan, tapi untuk fisikawan Albert Einstein, yang berkunjung ke Amerika Serikat pertama kalinya. Para pengagumnya pun memadati iring-iringan mobil Einstein saat menuju Fifth Avenue. 

Setelah disambut di Balai Kota, Einstein berpindah ke Universitas Columbia untuk menyampaikan kuliah tentang teori relativitasnya.

"Dia tampak seperti seorang seniman." New York Times melaporkan pada 3 April. "Tapi di balik rambutnya yang lusuh ada pikiran ilmiah yang deduksinya telah mengejutkan para intelek paling cakap di Eropa."

 

Sejak surat kabar Inggris mengumumkan pengamatan gerhana matahari 1919 mengonfirmasi teori gravitasi Einstein, ia bak megabintang.

Sejak saat itu Einstein adalah seorang ilmuwan/selebriti yang wajahnya mudah dikenali berkat liptan surat kabar tiada henti, bahkan jika teorinya tidak banyak berarti bagi warga negara secara rata-rata. Turnya di Amerika berlangsung selama dua bulan, membawa Einstein ke setengah lusin kota di timur laut dan barat hingga Chicago.

Satu kelompok yang amat senang dengan kedatangan Eisntein ialah bangsa Yahudi Amerika. Di pelabuhan, banyak orang memebentangkan spanduk bintang kelap-kelip dan menyanyikan lagu kebangsaan Zionis berjudul Hatikva.

Einstein, bisa dibilang orang Yahudi paling terkenal di dunia, datang sebagai "suar harapan"," kata Diana Kormos-Buchwald, sejarawan sains di Caltech dan direktur Einstein Papers Project.

Tur perdana itu merupakan upaya penggalangan dana untuk Universitas Ibrani yang diusulkan supaya didirikan di Yerusalem.

Baca Juga: Einstein dan Politik: Mendukung Hak Yahudi hingga Menolak Israel

Dalam hal musik, Albert Einstein mengidolakan komponis Wolfgang Amadeus Mozart dan Johann Sebastian Bach. (Sueddeutsche Zeitung Photo/Alamy Stock Photo via National Geographic)

Saat itu juga ada ketegangan geopolitik. Jerman, masih terguncang atas kekalahannya di Perang Dunia I. Pemimpin fasis Italia, Benito Mussolini baru saja berkuasa. Sementara Palestina berada di bawah kekuasaan Inggris, dan dalam Deklarasi Balfour 1917, Inggris menjanjikan wilayah yang sebagian besar penduduk Arab itu sebagai "rumah nasional bagi orang-orang Yahudi".

Semua menyoroti masalah tanah air Yahudi di Timur Tengah. Bagaimana orang Yahudi memandang diri mereka di dunia moderen? Apakah mereka bangsa yang berbeda dan membutuhkan tanah sendiri? Einstein terpaksa menghadapi pertanyaan yang telah ia hindari selama hidupnya. Apa arti sebenarnya menjadi orang Yahudi baginya?

Einstein datang ke Amerika saat orang-orang Yahudi dikucilkan dari banyak aspek kehidupan, teurtama dunia akademis. Sementara mereka telah memasuki hukum dan kedokteran dalam jumlah besar pada akhir abad ke-19.

Tur Einstein diatur oleh Chaim Weizmann, mantan ahli kimia yang menjadi presiden Organisasi Zionis Dunia. Rencana Weizmann adalah memeras sebanyak mungkin jamuan makan, resepsi, dan penggalangan dana selama delapan minggu saat Eisntein berada di AS. Ia berharap, mengumpulkan jutaan dolar untuk mendukung Universitas Ibrani.

Baca Juga: Surat Albert Einstein yang Berisi Rumus E=MC2 Dijual Rp17,2 Miliar

Albert Einstein menerima kewarganegaraan AS dari Hakim Phillip Forman pada 1940. (Wikimedia Commons)

Tapi pandangan Einstein tentang Zionisme berbeda dari pandangan Weizmann. Einstein membenci nasionalisme, dia percaya, sebagian besar hal itu harus disalahkan atas perang global yang baru saja merenggut sekitar 40 juta nyawa. Dia awalnya menolak gagasan negara Yahudi dengan alasan itu. 

Pada pidato kepada para pemimpin buruh beberapa tahunkemudian, Einstein mencatat penolakan terhadap gagasan negara Yahudi dan menolak keras "nasionalisme sempit" yang akan menemaninya.

Pada akhirnya, kunjungan Amerika Serikat tidak sesukses yang Wiezmann bayangkan, hanya mengumpulkan $750.000 dari $4 juta yang diharapkan, lapor Smithsonian. Meski demikian, proyek Universitas Ibrani berhasil dan membuka pintunya pada April 1925. 

Einstein meninggalkan Jerman pada Desember 1932 dan tidak pernah kembali sejak Hitler berkuasa satu bulan kemudian. Ia menetap di AS secara permanen pada Oktober 1933.

Baca Juga: Surat Lama Einstein Ditemukan, Isinya Prediksi soal Indra Super Burung

 

Chaim Weizmann (kiri) telah merencanakan tur AS Albert Einstein (kanan) untuk mengumpulkan uang bagi Universitas Ibrani di Yerusalem. (Getty Images) ()

Kunjungan AS membuka mata Einstein terhadap penderitaan sesama Yahudi dan dia datang untuk merangkul komunitas Yahudi lebih dalam.

Sebuah esai pada 1934, Einstein menggambarkan aspek identitas yang paling berarti baginya. "Pengejaran pengetahuan untuk kepentingannya sendiri, cinta keadilan yang hampir fanatik dan keinginan untuk kemerdekaan pribadi. Ini adalah ciri-ciri tradisi Yahudi yang buat saya berterima kasih kepada bintang-bintang saya bahwa saya adalah miliknya," tulisnya.

Negara Israel didirikan pada 1948, dengan Weizmann menjabat sebagai presiden pertama (peran seremonial sebagian besar telah ditawarkan kepada Einsten, tapi ia menolaknya). 

Einstein, menghabiskan sebagian tahun terakhirnya di Princeton. Menjelang akhir hayatnya ia mengatakan: "Hubungan saya dengan orang-orang Yahudi telah mejadi ikatan manusia terkuat saya."

Baca Juga: Einstein Juga Manusia, Kehidupannya Tidak Melulu Tentang Hal Genius