Misi Membangun Lemari Es Fungsional dan Hemat Energi di Luar Angkasa

By Fikri Muhammad, Kamis, 29 Juli 2021 | 13:00 WIB
Para peneliti menerbangkan lemari es mereka dengan penerbangan parabola untuk mensimulasikan lingkungan gayaberat mikro. (Steve Boxall, ZERO-G) ()

 

Kulkas luar angkasa ini bukanlah model pertama. Sejak akhir 2020, astronot di Stasiun Luar Angkasa telah menggunakan dua lemari es makanan, yang disebut  Freezer Refrigerator Incubator Device for Galley and Experimentation (FRIDGE), yang menggunakan prinsip pendinginan yang kurang hemat energi.

Beberapa lemari es yang sekarang sudah pensiun telah terbang melintasi ruang angkasa pada awal 1980-an. Pendingin kriogenik ini turun ke suhu minus 260 derajat Fahrenheit dan hanya berfungsi sebagai inkubator penelitian.

Astronot tidak dapat menggunakan lemari es ini untuk menyimpan makanan karena takut mencemari sampel eksperimen yang berharga. 

Sementara itu, lemari es yang sedang dibuat ini tidak perlu mengontrol suhu super stabil dan sensor tambahan untuk memantau kondisi si dalamnya. 

Desain lemari es lebih sederhana dan membutuhkan perawatan yang rendah. Sehingga efisiensi energi adalah proritas yang utama.

"Jika anda memikirkan misi panjang... maka pertanyaan tentang efisiensi energi juga menjadi lebih relevan," kata Leon Brendel, seorang insinyur mesin di Universitas Purdue yang merupakan bagian dari tim.

Baca Juga: Modul Stasiun Luar Angkasa Rusia Dihancurkan dan Dibuang ke Laut

Astronot ESA Italia Samantha Cristoforetti berpose di modul Cupola Stasiun Luar Angkasa Internasional untuk menandai hari ke-200 di luar angkasa pada 2015. (ESA/NASA/AFP)

Dalam perjalanan multi-tahun yang panjang di luar angkasa, efisiensi energi yang tinggi akan mengurangi kebutuhan baterai atau panel surya tambahan. Sehingga meringankan beban pesawat ruang angkasa selama peluncuran.

Untuk meniru gravitsi di luar angkasa, para peneliti mengoperasikan lemari es mereka pada penerbangan parabola, di dalam pesawat melintasi atmosfer bumi.

Pada Mei tahun ini, lemari es mengambil 30 penerbangan parabola, masing-masing menyediakan 20 detik simulasi gayaberat mikro. 

Para peneliti tidak mengamati adanya aliran refrigeran cair di kompresor ang bisa saja mengalir balik ke perangkat.

"Kami sekarang memiliki keyakinan yang lebih tinggi dalam teknologi ini utuk dapat diandalkan di lingkungan gayaberat mikro," kata Eckhard Groll, peneliti utama dan insinyur mesin di Universitas Purdue.

Saat ini para peneliti juga sedang dalam pembicaraan dengan perusahaan swasta yang tertarik untuk mengeksplorasi teknologi untuk aplikasi lain selain menyimpan bahan makanan astronot. 

Baca Juga: Apakah Jeff Bezos dan Richard Branson Bisa Disebut sebagai Astronaut?