Inilah salah satu peta data paling awal yang dimiliki para ilmuwan tentang distribusi dan migrasi paus. Pemburu paus abad ke-18 dan ke-19 menjelajahi lautan untuk mencari binatang buas besar, yang dihargai karena daging dan lemaknya, lalu mencatat setiap perburuan di buku catatan kapal.
Pada 1930-an, ahli zoologi Amerika Charles Townsend menyadari pentingnya catatan ini. Dia menyusun lokasi dalam serangkaian grafik yang memberikan gambaran besar pertama tentang makhluk-makhluk yang dikepung ini.
Peta perburuan paus hanyalah salah satu dari 50 ilustrasi detail indah yang menghiasi halaman-halaman buku ini. Setiap peta membantu pembaca untuk berjalan, berenang, atau terbang di jalur hewan liar—berbagai rute mereka di seluruh dunia tercermin dalam coretan dan kusut di seluruh halaman.
Baca Juga: Lewat Bakteri Ini, Ilmuwan Ungkap Sejarah Migrasi Manusia ke Amerika
Sebagian besar peta berfokus pada penelitian terbaru dan metode pelacakan mutakhir—tag GPS yang ditempelkan pada cangkang penyu; kunci seperti kode batang ditempelkan di punggung semut; "perekam dalam penerbangan" untuk mengukur lokasi, tekanan, kecepatan dan percepatan burung nasar; bahkan nanopartikel fluoresen digunakan untuk melacak pergerakan plankton.
Buku ini juga menampilkan beberapa peta sejarah, termasuk peta yang menggunakan data paus yang digunakan ulang oleh Townsend. Informasi masa silam ini digunakan kembali untuk menunjukkan seberapa banyak teknologi telah mengubah pelacakan hewan dan akan terus memengaruhi cara kita berpikir tentang perlindungan satwa—dari semut, burung hantu, hingga gajah.
Para penulis membicarakan kepada sejumlah ilmuwan. Meskipun beberapa peneliti tidak bersedia untuk berbagi data yang mereka kumpulkan selama bertahun-tahun hingga puluhan tahun, masih banyak pula yang senang untuk membantu. Beberapa dari ilmuwan tersebut telah mem-posting penemuan mereka secara terbuka di situs Movebank atau zoaTrack.