Para peneliti menetapkan bahwa rusa rentan terhadap virus dan mereka dapat menularkannya satu sama lain. Tetapi para ilmuwan tidak tahu apakah infeksinya terjadi di alam atau tidak.
"Reservoir sekunder untuk SARS-CoV-2 telah terbentuk pada satwa liar di AS," kata Jüergen Richt, dokter hewan dan direktur Center on Emerging and Zoonotic Infectious Disease, Kansas State University yang dihubungi National Geographic.
Satu-satunya spesies yang telah tertular di alam liar adalah cerpelai. Meskipun kucing, anjing, berang-berang, singa, harimau, macan tutul salju, gorila, dan cougar memiliki wabah di penangkaran atau di kebun binatang.
Daniel Bausch, pakar penyakit zoonosis yang berbasis di Swiss mengatakan, bahwa saat ini tidak ada bukti SARS-CoV-2 memiliki efek merugikan pada rusa.
Risiko pada orang yang berburu rusa ekor putih juga tidak tinggi menurut USDA. Meskipun para peneliti berpendapat bahwa awalnya virus melompat dari hewan ke manusia. Di mana hewan liar, di pasar Tiongkok, disembelih dan dijual untuk dimakan.
'Tidak ada bukti bahwa anda bisa terkena COVID-19 dengan memakan makanan (yang terkontaminasi), termasuk daging buruan liar," kata USDA lewat sebuah pernyataan yang diberikan kepada National Geographic.
Soal bagaimana rusa terkena virus masih belum pasti, meskipun para peneliti menduga karena terinfeksi oleh manusia.
"Beberapa kegiatan dapat membawa rusa berhubungan dengan manusia, termasuk operasi penangkaran, penelitian lapangan, pekerjaan konservasi, wisata satwa liar, rehabilitasi satwa liar, pemberian makanan tambahan, dan perburuan," tulis para peneliti USDA.
Baca Juga: Para Ilmuwan Prediksi Adanya Varian Corona yang Dapat Melawan Vaksin