Penampakan Temuan Fosil Kelelawar Vampir Berusia 100.000 Tahun

By Hanny Nur Fadhilah, Minggu, 8 Agustus 2021 | 17:00 WIB
Desmodus draculae di liang kuno sloth raksasa. (Daniel Boh / Museo de Ciencias Naturales de Miramar.)

Nationalgeographic.co.id – Ahli paleontologi di Argentina telah menemukan rahang fosil spesies kelelawar punah (Desmodus draculae) di dalam liang kuno sloth raksasa.

Fosil baru Desmodus draculae itu berusia 100.000 tahun yang hidup pada zaman epos pleistosen Akhir.

“Rahang Desmodus draculae ditemukan di dalam gua atau liang dengan diameter 1,2 m (3,9 kaki) yang dikaitkan dengan sloth raksasa dari keluarga Mylodontidae, seperti Scelidotherium,” kata Dr. Daniel Tassara, ahli paleontologi di Museo Municipal de Ciencias.

Peneliti belum mengetahui tujuan kelelawar vampir ini memasuki gua. "Kami tidak tahu apakah vampir ini memasuki gua untuk memberi makan, berlindung, atau memangsa hewan lain," sambungnya.

Dikutip dari Science Alert, Desmodus draculae adalah spesies kelelawar berhidung daun yang telah punah yang menghuni Amerika Tengah dan Selatan dari zaman pleistosen hingga zaman holosen awal.

Desmodus draculae juga merupakan mamalia terbang raksasa terakhir yang punah selama periode kolonial, sekitar tahun 1820. Peneliti makalah yang diterbitkan di jurnal Ameghiniana memprediksi bahwa kepunahan hewan ini sebagai konsekuensi dari zaman es kecil yakni iklim yang semakin tidak ramah.

Rahang fosil Desmodus draculae. (Museo de Ciencias Naturales de Miramar.)

Penemuan tulang rahang spesies Desmodus draculae yang ditemukan di sebuah gua di Argentina ini memberikan beberapa petunjuk mengapa kelelawar ini akhirnya punah.

Kelelawar yang hidup saat ini sangat beragam. Hewan itu menguasai sekitar 20 persen dari semua spesies mamalia yang dikenal, setelah jumlahnya meledak ke tempat kejadian sekitar 50 juta tahun lalu.

Namun sayangnya, catatan fosil kelelawar terkenal buruk dan tidak merata. Artinya, setiap penemuan berharga karena membantu mengisi kesenjangan dalam sejarah hewan ini. 

"Mereka adalah satu-satunya keluarga kelelawar di dunia yang membangkitkan rasa ingin tahu, pasalnya nama mereka berasal dari legenda Transylvania dan Count Dracula yang menyeramkan,” kata ahli Dr. Mariano Magnussen, ahli paleontologi di Museo de Ciencias Naturales de Miramar.

Meski demikian, pada kenyataannya mereka adalah hewan damai yang memakan darah hewan, dan terkadang manusia, selama beberapa menit tanpa menimbulkan ketidaknyamanan.

“Satu-satunya hal buruk adalah mereka dapat menularkan rabies atau penyakit lain jika mereka terinfeksi. Tentunya perwakilan prasejarah mereka memiliki perilaku yang sama,” sambungnya.

Desmodus draculae memiliki lebar sayap hingga 50 cm dan massa tubuh 60 g. Hal ini menjadikannya kelelawar vampir terbesar yang diketahui sepanjang masa. Itu milik subfamili Desmodontinae (kelelawar vampir), yang juga mencakup tiga spesies yang punah dan tiga spesies yang masih hidup.

“Ukuran Desmodus draculae lebih besar dari keyboard komputer dan secara signifikan lebih besar dari kerabatnya yang masih hidup,” kata Dr. Santiago Brizuela, ahli paleontologi di Universidad Nacional de Mar del Plata dan CONICET.

Sumber makanan Desmodus draculae dan kelelawar vampir lainnya adalah darah, suatu sifat makanan yang disebut hematophagy.