Studi Terbaru Ungkap Umur Machu Picchu, Situs Inca yang Fenomenal

By Utomo Priyambodo, Kamis, 5 Agustus 2021 | 20:00 WIB
Suasana pagi di Machu Picchu, situs Inca yang cantik dan fenomenal. (Pedro Szekely)

Nationalgeographic.co.id—Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa umur Machu Picchu, situs Inca abad ke-15 yang terkenal di Peru selatan, ternyata lebih tua daripada yang diperkirakan sebelumnya. Menurut sebuah studi terbaru yang dipimpin oleh Richard Burger, arkeolog sekaligus antropolog dari Yale University, Machu Picchu ternyata sudah digunakan beberapa dekade lebih tua daripada yang pernah diperkirakan sebelumnya.

Burger dan para peneliti dari beberapa institusi di Amerika Serikat menggunakan spektrometri massa akselerator (AMS) —bentuk lanjutan dari penanggalan radiokarbon— untuk memeriksa usia sisa-sisa manusia yang ditemukan pada awal abad ke-20 di kompleks monumental ini. Situs di sisi timur Pegunungan Andes ini dulunya pernah menjadi tanah kerajaan milik Kaisar Inca Pachacuti.

Hasil temuan mereka, yang telah diterbitkan di jurnal Antiquity pada 4 Agustus 2021, mengungkapkan bahwa Machu Picchu telah digunakan dari sekitar tahun 1420 hingga 1530 Masehi, berakhir sekitar waktu penaklukan Spanyol. Hasil temuan ini menunjukkan bahwa situs tersebut setidaknya 20 tahun lebih tua dari catatan sejarah yang selama ini diterima banyak orang. Selain itu, hasil studi terbaru ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai kronologi Inca.

 

Sumber sejarah yang berasal dari invasi Spanyol ke Kekaisaran Inca menunjukkan bahwa Pachacuti merebut kekuasaan Inca pada tahun 1438 Masehi dan kemudian menaklukkan Lembah Urubamba yang lebih rendah di mana Machu Picchu berada. Berdasarkan catatan tersebut, para ahli memperkirakan bahwa situs tersebut dibangun setelah 1440 Masehi, dan mungkin hingga akhir 1450 Masehi, tergantung pada berapa lama Pachacuti menaklukkan wilayah tersebut dan membangun istana batu.

Hasil pengujian AMS dalam studi baru ini menunjukkan bahwa garis waktu atau timeline historis yang selama ini jadi acuan materi sejarah itu tidaklah akurat.

“Sampai sekarang, perkiraan permualaan sejarah Machu Picchu dan lamanya pendudukannya didasarkan pada catatan sejarah yang kontradiktif yang ditulis oleh orang-orang Spanyol pada periode setelah penaklukan Spanyol,” ujar Burger, Profesor Antropologi di Faculty of Arts and Sciences di Yale University, sebagaimana dikutip dari YaleNews, situs berita dari Yale Univeristy.

Baca Juga: Bentuk Persembahan, Pahatan Ilama Kuno Ditemukan di Danau Titicaca

Machu Picchu (Lutfi Fauziah)

“Ini adalah studi pertama berdasarkan bukti ilmiah yang memberikan perkiraan pendirian Machu Picchu dan lama pendudukannya, memberi kita gambaran yang lebih jelas tentang asal-usul dan sejarah situs tersebut.”

Temuan itu menunjukkan bahwa Pachacuti, yang pemerintahannya membuat Inca berada di jalur untuk menjadi kekaisaran terbesar dan paling kuat di Amerika pra-Columbus, memperoleh kekuasaan dan memulai penaklukannya beberapa dekade lebih awal dari yang ditunjukkan oleh sumber-sumber tekstual. Dengan demikian, ini berimplikasi pada pemahaman orang-orang yang lebih luas tentang sejarah Inca, kata Burger.

“Hasilnya menunjukkan bahwa diskusi tentang perkembangan kerajaan Inca yang didasarkan terutama pada catatan kolonial perlu direvisi,” katanya. “Metode radiokarbon modern memberikan dasar yang lebih baik daripada catatan sejarah untuk memahami kronologi Inca.”

Baca Juga: Juanita, Mumi Gadis Es Inca yang Tubuhnya Dikurbankan di Gunung Ampato

Teknik AMS dapat menentukan penanggalan tulang dan gigi yang bahkan mengandung sejumlah kecil bahan organik, memperluas kumpulan sisa-sisa yang cocok untuk analisis ilmiah. Dalam studi ini, para peneliti menggunakannya untuk menganalisis sampel manusia dari 26 individu yang ditemukan dari empat kuburan di Machu Picchu pada tahun 1912 selama penggalian yang dipimpin oleh Hiram Bingham III, profesor dari Yale University yang telah "menemukan kembali" situs tersebut pada tahun-tahun sebelumnya.

Sejumlah tulang dan gigi yang digunakan dalam analisis kemungkinan milik pengikut atau pelayan yang ditugaskan ke kerajaan, kata studi tersebut. Sisa-sisa itu menunjukkan sedikit bukti keterlibatan dalam pekerjaan fisik yang berat, seperti konstruksi, yang berarti bahwa mereka kemungkinan berasal dari periode ketika situs tersebut berfungsi sebagai istana kerajaan, bukan ketika sedang dibangun, kata para peneliti.

Baca Juga: Jelajahi Peninggalan Suku Inca di ‘Pulau Matahari’ dekat Danau Titicaca

Machu Picchu, lokasi reruntuhan Inca pra-Columbus di Peru. (Mahandis Yoanata Thamrin)

Pada 30 November 2010, Yale Univeristy dan pemerintah Peru mencapai kesepakatan untuk mengembalikan material-material arkeologi yang digali Bingham di Machu Picchu kepada pemerintah Peru.

Pada 11 Februari 2011, Yale menandatangani perjanjian dengan Universidad Nacional de San Antonio Abad del Cusco untuk mendirikan Pusat Internasional untuk Studi Machu Picchu dan Budaya Inca (International Center for the Study of Machu Picchu and Inca Culture), yang didedikasikan untuk kegiatan pameran, konservasi, dan studi koleksi arkeologi dari hasil penggalian Bingham tahun 1912.

Semua sisa-sisa manusia dan material arkeologi lainnya dari Machu Picchu kemudian dikembalikan ke Cusco, bekas ibu kota Kekaisaran Inca. Di sana sisa-sisa peninggalan tersebut disimpan dan dirawat di Museo Machu Picchu.

Baca Juga: Anak-Anak Korban Ritual Suku Inca Sengaja Diletakkan di Atas Gunung Agar Tersambar Petir