Nationalgeographic.co.id - Gunung berapi, sambaran petir, ritual pengorbanan anak, dan dewa: semua hal ini berkaitan dengan suku Inca.
Para ahli bioarkeologi telah mempelajari kerangka korban ritual pengorbanan anak berusia 500 tahun yang ditemukan di puncak gunung berapi Ampato serta Andes.
Seperti yang dilaporkan oleh Science in Poland (PAP), outlet resmi pemerintah Polandia, hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa sejumlah korban ritual ternyata terkena sambaran petir.
Baca Juga: Temuan Prasejarah Ini Ungkap Bayi Sudah Diberi Susu Sapi Sejak 5.000 Tahun Lalu
Menurut para peneliti, ini bukanlah kebetulan. Kemungkinan tubuh anak-anak ini sengaja dibawa ke gunung setelah mereka dikorbankan. Di sana, korban kemudian diletakkan di atas lempengan batu dan dibiarkan tersambar petir.
Suku Inca menganggap, jika anak-anak yang menjadi korban disambar petir, maka dewa-dewa akan senang.
"Suku Inca menganggap, seseorang yang disambar petir menerima kehormatan besar karena dewa menunjukkan ketertarikan padanya," kata Dagmara Socha, ahli bioarkeologi dari Center for Andean Studies, University of Warsaw.
Puncak gunung Andes memang dikenal sebagai tempat suci bagi suku Inca dan berkaitan erat dengan dewa-dewa mereka. Termasuk dewa cuaca, Illapa.
Socha mengatakan, ritual pengorbanan anak berhubungan dengan Illapa. Petir dan anak-anak digunakan sebagai perantara antara dewa dan orang-orang di Bumi.
"Menurut suku Inca, anak-anak sangat suci dan belum memiliki pikiran jahat. Inilah yang membuat mereka akhirnya dipersembahkan dalam ritual–dianggap lebih mudah menyentuh hati dewa," imbuhnya.
Baca Juga: Mengapa Danau Terpencil Ini Dipenuhi dengan Puluhan Kerangka Manusia?
Seiring dengan detail mengerikan ini, penelitian terbaru tersebut juga memaparkan informasi lain tentang ritual pengorbanan anak. Gigi anak perempuan yang ditemukan menunjukkan perubahan nyata pada struktur enamelnya–membuktikan bahwa ia mengalami kelaparan sebelum meninggal. Atau bisa juga ia mengalami stres ekstrem saat balita.
"Saya rasa anak ini diambil dari orangtuanya, kemudian dibawa ke Cuzco, ibu kota Kekaisaran Inca. Ia lalu dipersiapkan selama tiga tahun sebelum dikorbankan di puncak gunung berapi," jelas Socha.
Sisa-sisa korban ritual telah diawetkan, meskipun jaringan lunak dan pakaian tidak bertahan lama karena telah terbakar petir.
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR