Nationalgeographic.co.id – Sebuah analisis terhadap literatur arkeologis berusia puluhan tahun menunjukkan bahwa Dinasti Shang, yang menguasai timur laut Tiongkok antara tahun 1700 dan 1027 SM kerap mengorbankan anak-anak anjing dalam ritualnya. Bahkan, mengubur mereka hidup-hidup.
Merupakan dinasti Tiongkok kuno kedua, Shang menguasai Lembah Sungai Kuning selama Zaman Perunggu. Mereka melakukan ritual pengorbanan manusia dan hewan untuk menghormati para dewa, serta melindungi manusia di alam baka.
Baca Juga : Suku Maya Kerap Gunakan Kepala Manusia Sebagai Tempat Membakar Dupa
Untuk melihat bagaimana hewan peliharaan manusia tersebut memengaruhi praktik penguburan di Tiongkok, para peneliti mempelajari literatur yang ada tentang dinasti Shang, kemudian membandingkannya dengan penemuan arkeologis dan data dari beberapa situs terkenal.
Mereka menemukan fakta bahwa anjing-anjing kerap dikubur bersama manusia–diletakkan di bawah pinggulnya. Kemungkinan dianggap sebagai ‘anjing penjaga’ dan sengaja dikorbankan kepada para dewa.
“Mengerikan, bagaimana mungkin Anda bisa mengorbankan anak-anak anjing yang menggemaskan?” ujar Roderick Campbell, pemimpin studi tersebut.
Dalam penelitian yang dipublikasikan pada jurnal Archaeological Research in Asia, para ilmuwan menulis bahwa mengorbankan hewan seperti babi, domba, sapi, dan kambing telah dilakukan sejak ribuan tahun lalu dan melampaui kelas sosial. Baik elit maupun rakyat jelata kerap mempraktikannya, meski tidak selalu sama dalam setiap budaya.
Secara spesifik, pengorbanan anjing dari 9.000 tahun lalu biasanya mengikuti satu atau dua pola: entah untuk menemani manusia dan dianggap sebagai penjaga di dunia setelah kematian atau memang digunakan sebagai persembahan kepada roh leluhur.
Namun, ukiran yang ditemukan pada tulang oracle menunjukkan bahwa anjing-anjing tersebut kebanyakan dikorbankan kepada dewa langit.
Diketahui bahwa anjing mulai muncul dalam pemakaman manusia selama budaya Erligang sekitar 1.500 SM dan ditemukan di tempat-tempat yang mirip dengan lokasi pengorbanan manusia.
Awalnya, anjing-anjing tersebut diduga hewan peliharaan. Namun, analisis menunjukkan bahwa hampir 3/4-nya berusia kurang dari satu tahun ketika mati. Sebanyak 37% di antarannya bahkan lebih muda dari enam bulan.
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR