Patung di Museum Hamburg Ini Buktikan Perempuan Mampu Jadi Gladiator

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 5 Agustus 2021 | 19:00 WIB
Ada laporan saksi mata tentang gladiator perempuan di Roma. Menurut sejarawan abad pertama Suetonius, Kaisar Domitian membuat wanita bertarung dengan obor di malam hari. Karena dinilai merendahkan martabat perempuan Romawi, Kaisar Septimus Severus melarang gladiatriks pada 200 M. (Ad Meskens Wikimedia Commons)

 

Secara fisik, patung itu adalah wanita bertelanjang dada dengan cawat, sambil mengacungkan benda seperti sabit di tangan kirinya. Manas menulis bahwa apa yang digenggam wanita itu adalah sica, pedang pendek melengukung yang berhubungan dengan senjata jenis gladiator thraex atau Thracian.

Selain sica, seorang thraex biasanya bertarung dengan helm berbulu, perisai kecil, dan pelindung kaki yang terbuat dari logam. Tetapi, bagian punggungnya tidak terlindungi atau tanpa armor, sehingga sering menjadi sasaran target sica.

Para peneliti sebelumnya memperkirakan benda itu sebagai strigil. Strigil sendiri adalah alat untuk membersihkan tubuh era Romawi untuk mengeruk pasir halus dan minyak wangi. Hal inilah yang dibantah oleh Manas, karena postur tidak mendukung penjelasan itu.

"Elemen utama yang membuat para sarjana tradisional menganggap bahwa patung ini mewakili atelt adalah beda yang dia pegang di tangan kirinya," tulis Manas. "Bentuk dan ukuran benda itu bisa sesuai dengan strigil (strigilis) khas abad ke-1 (ketika patung itu dibuat), tetapi juga sebagai sica, belati melengkung yang diungakan gladiator tipe thraex."

Baca Juga: Gladiatrix, Sebutan Gladiator Perempuan yang Bertarung di Roma

Amazon yang terluka, dari aslinya oleh Phidias (kepala: replika Amazon oleh Polykleitos). Marmer, 197 sentimeter. Awalnya ditemukan di Villa d'Este, kini di Museum Capitoline, Roma. (Wikimedia Commons)

 

Dari pose tubuh itu, Manas lebih memandangnya sebagai pose kemenangan. Seandainya, benda itu memang strigil, dia berpendapat "mengangkat alat pembersih di tangannya sambil melihat ke tanah itu tidak masuk akal."

"Dia mengenakan kain di sekitar area kemaluannya," tambahnya, dikutip dari National Geographic. "Jika dia membersihkan dirinya sendiri, seharusnya dia akan benar-benar telanjang."

Maka, terang Manas, pose ini menundukkan kepala dan mengangkat lengan adalah isyarat kemenangan khas gladiator dalam seni Romawi. Pose ini juga sebagai cara lain untuk menunjukkan seorang gladiator berdiri di atas lawannya yang kalah.

Alasan mengapa tidak ada helm dan tameng pada patung itu juga dibuktikan dari pose ini. Tentunya di akhir pertandingan para gladiator maupun gladiatrix akan melepas dan menaruh helm agar semua penonton bisa melihat wajah pemenang.

"Mereka juga melemparkan perisai mereka ke tanah."

Meski atlet dan pertarung tangguh untuk gladiator, mengapa patung gladiatrix ini terlihat dadanya?

Dia menerangkan, bahwa itulah norma gladiator sebagaimana mestinya yang dilakukan atlet pria bertarung dengan bertelanjang dada. Selain itu, penampilan payudara terbuka bagi gladiatrix tampaknya memberikan efek hiburan erotis pada penonton.

Baca Juga: Bagaimana Erupsi Besar dan Iklim Ekstrem Mengakhiri Republik Romawi?