Ragam Bentuk Meditasi dan Khasiatnya Bagi Kesehatan Jiwa dan Raga

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 30 Agustus 2021 | 14:00 WIB
Meditasi dapat bermanfaat bagi kesehatan pikiran dan tubuh kita. Apa saja ragam bentuk meditasi yang bisa diaplikasikan? (agsandrew/Getty Images/iStockphoto)

"Jika Anda melihat perubahan regional [otak] tertentu hanya dengan menggunakan metode statistik klasik, tidak ada perbedaan nyata antara Yongey Mingyur Rinpoche dan kelompok pembanding," kata Nagesh Adluru, peneliti utama studi.

“Namun ketika analisis kami mempertimbangkan seluruh rangkaian voxel materi kelabu pada otak–kata profesor juga–menggunakan kerangka pembelajaran mesin yang relatif baru, maka kami menemukan perbedaan itu."

Mingyur mengatakan, penelitian itu membuka jendela bahwa apa yang dilakukan umat Buddha telah memiliki konsep awal tentang kesehatan pada otak, melalui praktik aplikasinya.

Ada cara-cara alami yang bisa dilakukan untuk mengurangi stres, di antaranya dengan bermeditasi. (Thinkstock)

"Dalam Buddhisme, kami memiliki banyak praktik aplikasi–bagaimana bekerja dengan persepsi– bagaimana Anda memandang dunia, bagaimana Anda memandang diri sendiri, bagaimana Anda memandang orang lain," ujar Mingyur.

"Ini dapat memengaruhi seluruh hidup Anda, hubungan Anda, perilaku Anda, pekerjaan Anda, lingkar sosial Anda. Saya berharap ke depan, apa pun penemuan dan pengetahuan juga dapat membantu kehidupan masyarakat. Menggabungkan praktik dan penemuan ilmiah bersama-sama mungkin sangat bermanfaat."

Salat dan zikir juga meditasi

Jika Fadel Zeidan mengatakan bahwa kegiatan meditasi mindfulness harus dilakukan empat kali 20 menit setiap hari untuk meningkatkan pengobatan nyeri dalam pengaturan klinis. Ritual keagamaan yang dilakukan lima kali sehari dilakukan umat Muslim mungkin bisa melakukan lebih dari itu.

Hazem Doufesh dari Department of Biomedical Engineering University of Malaya, Malaysia, bersama timnya melaporkan manfaat meditasi salat. Laporan itu dipublikasikan dalam makalah di Journal of Alternative and Complementary Medicine (2014).

Ketika seseorang melakukan salat, Doufesh dan tim menemukan, bahwa adanya keseimbangan simpatovagal. Hal itu menunjukkan bahwa aktivitas saraf parasimpatis dan simpatis dapat meningkat dan menurun selama salat.