Ilmuwan Berencana Hidupkan Kembali Harimau Tasmania dan Mamut Berbulu

By Fadhil Ramadhan, Senin, 23 Agustus 2021 | 13:00 WIB
Wujud seekor Harimau Tasmania di Museum für Naturkunde, Berlin. (Thomas Williamson)

Nationalgeographic.co.id—Harimau tasmania bernama Ben, akhirnya mati karena kedinginan. Benjamin alias Ben adalah spesies harimau tasmania terakhir. Ia ditangkap dan dimasukkan ke kebun binatang pada tahun 1933. Tiga tahun kemudian, ia mati. Pada suatu malam yang amat dingin, Ben terkunci di luar tempat berlindungnya. Spesiesnya kemudian diberikan status dilindungi di Tasmania, Negara Bagian Australia.

Akhirnya, dunia menyadari bahwa Benjamin benar-benar seekor marsupial belang besar terakhir di Australia. Namun, ketika dia meninggal, mereka hanya melihatnya sebagai seekor binatang yang terlalu usang untuk diawetkan dan dipajang di museum. Mayatnya Ben dibuang ke tempat sampah.

Kisah Benjamin kini menghantui seorang ahli ekologi, Euan Ritchie. “Benjamin meninggal karena kelalaian. Lalu ia dibuang begitu saja. Spesies ini membutuhkan waktu jutaan tahun untuk berevolusi dan sekarang telah menghilang karena kita tidak cukup peduli padanya. Ini seperti pergi ke museum dan membakar semua lukisannya yang berharga,” katanya.

 

Ahli paleontologi, Michael Archer, juga dihantui oleh cerita tersebut. Tapi dia punya rencana untuk memastikan Benjamin bukan harimau tasmania terakhir. Archer yakin bahwa mereka akan menemukan spesies punah yang selamat. Dia rajin menguji DNA yang dicurigai sebagai kotoran harimau tasmania, tetapi selalu berakhir dengan “omong kosong yang menarik”.

Kelompok ilmuwan bernama “The de-extinction club” yang dapat memanfaatkan rekayasa genetika dan kloning, berencana menjangkau masa lalu dan menghidupkan kembali hewan yang sudah punah. Daftar teratas yang ingin dihidupkan kembali adalah harimau tasmania dan mamut berbulu. Archer dan yang lainnya berpendapat bahwa menghidupkan mereka dapat mengembalikan laju perubahan iklim yang kini tidak stabil.

“Menghidupkan kembali beberapa spesies dapat membantu memerangi efek pemanasan global” ujar George Church, seorang ahli genetika terkenal dari Harvard University. Dalam penelitian ini, dia bertugas untuk menghidupkan kembali mamut ke tundra Arktik. Namun, Ritchie turut memperingatkan bahwa hal itu juga dapat membahayakan alam liar.

Baca Juga: Karang Raksasa Berusia 400 Tahun Ditemukan di Great Barrier Reef

Foto tasmanian tiger ini diambil di Hobart Zoo, Tasmania, Australia, sebelum 1921. (Wikimedia Commons)

Church sendiri memiliki DNA mammoth yang layak, tetapi untuk menghidupkannya kembali, ia masih perlu memasangkannya dengan genom kerabat terdekatnya yang masih hidup, yaitu gajah Asia. Begitu pula untuk menghidupkan harimau tasmania, Archer pun membutuhkan genom setan tasmania.

Pertanyaan demi pertanyaan pun mulai bermunculan. Bila mamut telah dihidupkan, bagaimana cara mereka beradaptasi dengan kehidupan barunya di masa kini; seperti bermigrasi melintasi tundra Arktik yang dahulu pernah mereka lakukan?

Lalu apakah memasang genom gajah kepada mamut sungguh akan berhasil, apakah hal tersebut akan mengganggu naluri alaminya, begitu pun dengan pemasangan genom setan tasmania kepada harimau tasmania?

Baca Juga: Peneliti Ini Berusaha Membuktikan Harimau Tasmania Belum Punah

“Perlu diketahui bahwa mamut adalah sejenis gajah yang berspesialisasi, jadi sebagian besar genomnya sudah sama,” kata Church. “Setan tasmania juga cukup dekat dengan harimau tasmania, meskipun ukuran mereka lebih kecil.” Church percaya bahwa hewan yang akan dihidupkan ini akan memiliki 99 persen kesamaan dengan perilaku aslinya.

Apakah membangkitkan harimau tasmania turut mengubah ekosistem? Archer mengatakan bahwa catatan fosil dapat memberikan petunjuk penting, tentang bagaimana ekosistem akan berjalan dengan spesies yang didatangkan kembali. Ketika dia menjelajah ke semak Tasmania dengan salah satu orang terakhir yang melihat harimau tasmania di alam liar, dia menemukan luasnya habitat mereka tidak berubah sejak tahun 1930-an.

Novak mengatakan bahwa ekosistem bukanlah sebuah rumah kartu (susunan kartu remi berbentuk rumah). “Ketika mereka memiliki pilar yang tepat, seperti predator dan semacamnya, maka mereka lebih seperti menara yang digoyang gempa, tetapi tidak runtuh.”

Baca Juga: Thylacine, Hewan Endemik Tasmania yang Dikabarkan Punah 80 Tahun Lalu

Thylacinus cynocephalus, nama ilmiah harimau tasmania. (Baker, EJ Keller)

Church menambahkan, semakin besar hewannya, semakin mudah untuk melakukan pengenalan kembali. Pernah terjadi kambing-kambing liar dari Kepulauan Galapagos, mengumpulkan mamut liar bukanlah hal yang mustahil.

Seperti Benjamin, harimau tasmania terakhir yang punah, banyak spesies yang telah hilang dalam satu atau dua abad terakhir. Punah karena iklim atau ulah manusia. Namun, apakah itu berarti kita memiliki kewajiban moral untuk membawa mereka kembali? Belum ada jawaban atas pertanyaan ini.

Archer mengatakan bahwa harimau tasmania nantinya akan bersaing memperebutkan mangsa yang lebih kecil dengan setan tasmania. "Mereka tidak akan mengejar binatang besar." Harimau Tasmania harus ditempatkan di area berpagar terlebih dahulu dan dipantau dengan ketat.

Baca Juga: 6.000 Penguin Terkecil di Dunia Musnah oleh Kedatangan Tasmanian Devil