Para arkeolog yang menemukan kota kuno Kristen itu bekerja di bawah naungan Polish Center of Mediterranean Archaeology di University of Warsaw. Menggunakan teknologi modern, mereka melakukan penelitian komprehensif terhadap situs itu melalui metode non-invasif, teknik penyelidikan inovatif, dan penggalian yang lebih tradisional, menurut laporan Antiquity and Ancient Origins.
Hussein Abdel Basir, ahli Mesir kuno sekaligus direktur Museum Antiquities of Bibliotheca Alexandrina, mengatakan kepada Al-Monitor bahwa pentingnya kota kuno kristen yang baru ditemukan ini terletak pada kenyataan bahwa permukiman itu adalah pertemuan antara peradaban Yunani, Romawi, dan Bizantium.
Dia menambahkan bahwa produksi anggur di daerah tersebut "memungkinkan pertukaran komersial dan budaya, dan menyebabkan munculnya permukiman dan bangunan-bangunan besar, yang menegaskan kehebatan situs ini di masa lalu."
Bassam al-Shamaa, seorang sejarawan dan ahli Mesir kuno, juga mengatakan kepada Al-Monitor bahwa "pentingnya penemuan ini berasal dari fakta bahwa penemuan itu melengkapi grafik sejarah kota-kota (di Mesir) tersebut, dimulai dengan tempat tertua di mana manusia tinggal, seperti Thebes pada era Firaun, sampai ke Alexandria yang dibangun oleh Alexander Agung dari Makedonia."
Dia mengatakan penemuan itu penting karena membantu memperluas pengetahuan tentang Mesir. Dia juga mengatakan, "Toilet juga terletak di lokasi yang jauh dari rumah, yang membuktikan bahwa kota ini berkembang pada masanya."
Menurut Abdel Basir, temuan ini penting untuk dipromosikan ke Amerika Serikat dan Eropa dan negara-negara yang menganut agama Kristen sehingga "akan berkontribusi dalam mendatangkan turis dari negara-negara tersebut untuk belajar tentang orang-orang Kristen yang tinggal di Mesir."
Baca Juga: Kota Berusia 4.000 Tahun dari Era Babilonia Kuno Ditemukan di Irak