Penemuan Kota Kristen dari Abad Keenam di Mesir Kejutkan Para Arkeolog

By Utomo Priyambodo, Rabu, 18 Agustus 2021 | 12:00 WIB
Kota Kristen kuno ditemukan di Mesir. (Mariusz Gwiazda/University of Warsaw's Polish Center of Mediterranean Archaeology)

Nationalgeographic.co.id—Penemuan kota Kristen dari abad keenam Masehi di Mesir telah mengejutkan para arkeolog Eropa. Tim peneliti arkeologi dari Polandia menemukan kota Kristen yang dibangun secara terencana itu di Marea, sebuah kota pelabuhan Mesir kuno.

Kota kuno itu berada di sekitar Danau Mariout sekitar 40 kilometer atau 25 mil di barat daya Alexandria. Lokasi permukiman ini hanya beberapa mil di selatan Laut Mediterania dekat desa Hawwariya.

Para arkeolog mengatakan permukiman itu memiliki sebuah bangunan yang digunakan oleh orang-orang Kristen untuk berziarah ke Abu Mena dan makam St. Mena. Sebagai seorang martir, St. Mena dikenal luas karena melakukan praktik penyembuhan terhadap orang-orang yang telah meninggal pada akhir abad ketiga atau awal abad keempat ketika orang-orang Kristen masih dianiaya.

Di sebelah selatan kota Kristen itu, sekitar sekitar kilometer atau sekitar 10 mil, ada situs Warisan Dunia Abu Mena yang memiliki sebuah biara modern. Dahulu kala para peziarah akan tiba di Alexandria dan berlayar melintasi danau ke Marea sebelum menuju ke Abu Mena.

Kota Kristen yang diteliti itu meliputi area seluas sekitar 13 hektare. Mariusz Gwiazda, arkeolog Polandia yang terlibat dalam penemuan kota kuno Kristen itu, mengatakan bahwa penemuan tersebut telah "merevolusi pemahaman kita" tentang kota kuno Marea. Dikutip dari Ancient Origins, Marea didirikan setelah penaklukan Mesir oleh Alexander Agung pada tahun 332 Sebelum Masehi.

Permukiman Kristen itu tampaknya telah menjadi "daerah perkotaan padat tanpa tembok pertahanan" yang terencana dengan baik. Menurut sebuah laporan studi atas penemuan tersebut yang telah diterbitkan dalam jurnal Antiquity edisi Agustus, permukiman itu tampaknya belum dibangun sampai paruh kedua abad keenam.

Kota yang dibangun secara terencana itu memiliki sebuah basilika, dua area pemandian, dan lima jamban umum dengan saluran pembuangan limbah yang mengalir ke danau. Laporan dalam Antiquity juga menjelaskan bahwa kata-kata yang tertulis pada tembikar di kota itu menunjukkan adanya "kehadiran nosokomeion, atau rumah sakit, sebuah bangunan yang umum ada pada periode Bizantium."

Baca Juga: Rebut Kota Kristen, ISIS Singkirkan Salib dan Bakar Manuskrip

Mariusz Gwiazda menjalankan penelitiannya di situs kuno Marea. Penggalian di bagian pemukiman ini mengungkap sebuah rumah besar, total permukaan yang dibersihkan sekitar 600 meter persegi. Konstruksi bangunan jatuh pada abad ke-6. (Polish Centre of Mediterranean Archaeology/University of Warsaw )

Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa kota itu memiliki "sistem kompleks jalan lurus dengan bangunan-bangunan yang berdampingan melayani berbagai fungsi dan tepi laut buatan yang terhubung dengan infrastruktur pelabuhan yang luas."

Marea adalah pusat industri dan pelabuhan, dan dihuni selama era Helenistik (yang dimulai setelah kematian Alexander Agung), Romawi, Bizantium, dan era Islam awal. Sementara situs ziarah Abu Mena diketahui dihancurkan selama penaklukan Muslim pada kuartal kedua abad ketujuh.

Mariusz Gwiazda mengatakan kota itu kemungkinan dibangun di atas kebun anggur Romawi. Sementara basilika di kota itu dibangun di lokasi gereja sebelumnya, yang dibangun di atas tanah yang menjadi bengkel pembuatan bejana untuk membuat anggur, menurut laporan di Antiquity tersebut.

Baca Juga: Sisa Bangunan dan Benda Peninggalan Kristen Kuno Ditemukan di Mesir

Para arkeolog yang menemukan kota kuno Kristen itu bekerja di bawah naungan Polish Center of Mediterranean Archaeology di University of Warsaw. Menggunakan teknologi modern, mereka melakukan penelitian komprehensif terhadap situs itu melalui metode non-invasif, teknik penyelidikan inovatif, dan penggalian yang lebih tradisional, menurut laporan Antiquity and Ancient Origins.

Hussein Abdel Basir, ahli Mesir kuno sekaligus direktur Museum Antiquities of Bibliotheca Alexandrina, mengatakan kepada Al-Monitor bahwa pentingnya kota kuno kristen yang baru ditemukan ini terletak pada kenyataan bahwa permukiman itu adalah pertemuan antara peradaban Yunani, Romawi, dan Bizantium.

Dia menambahkan bahwa produksi anggur di daerah tersebut "memungkinkan pertukaran komersial dan budaya, dan menyebabkan munculnya permukiman dan bangunan-bangunan besar, yang menegaskan kehebatan situs ini di masa lalu."

Salah satu temuan struktur di Marea, Mesir. Kawasan ini merupakan pusat industri dan pelabuhan, dan dihuni selama zaman Helenistik. Tim arkeolog asal Polandia menyingkap tabirnya. (Polish Centre of Mediterranean Archaeology/University of Warsaw )

Bassam al-Shamaa, seorang sejarawan dan ahli Mesir kuno, juga mengatakan kepada Al-Monitor bahwa "pentingnya penemuan ini berasal dari fakta bahwa penemuan itu melengkapi grafik sejarah kota-kota (di Mesir) tersebut, dimulai dengan tempat tertua di mana manusia tinggal, seperti Thebes pada era Firaun, sampai ke Alexandria yang dibangun oleh Alexander Agung dari Makedonia."

Dia mengatakan penemuan itu penting karena membantu memperluas pengetahuan tentang Mesir. Dia juga mengatakan, "Toilet juga terletak di lokasi yang jauh dari rumah, yang membuktikan bahwa kota ini berkembang pada masanya."

Menurut Abdel Basir, temuan ini penting untuk dipromosikan ke Amerika Serikat dan Eropa dan negara-negara yang menganut agama Kristen sehingga "akan berkontribusi dalam mendatangkan turis dari negara-negara tersebut untuk belajar tentang orang-orang Kristen yang tinggal di Mesir."

Baca Juga: Kota Berusia 4.000 Tahun dari Era Babilonia Kuno Ditemukan di Irak