Kesaksian Prajurit Mataram Juluki Batavia Sebagai 'Kota Tahi'

By Mahandis Yoanata Thamrin, Jumat, 23 Juni 2017 | 19:07 WIB
Peta bertajuk 'Plattegrond in vogelvlucht van de belegering van Batavia in 1629' (pandangan mata burung tentang pengepungan Batavia pada 1629). Lukisan karya Jacobus van der Schley, diterbitkan oleh Pierre d' Hondt pada 1753. (Atlas Mutual Heritage)

 

Nationalgeographic.co.id—"Jacatra mempunyai duri di kakinya," ungkap Sultan Agung yang dikutip oleh Martin Pring dalam suratnya pada Maret 1619. Sang Sultan melanjutkan berkata bahwa ia "harus berusaha keras untuk mencabutnya, agar seluruh tubuhnya tidak terancam. Duri ini adalah benteng orang Belanda..."

Menurut catatan Pring, Sultan merasa bahwa VOC "begitu membentengi diri mereka sehingga mereka tidak menghormati raja maupun tanahnya, bahkan malah menantangnya."

Martin Pring (1580–1626) bukan orang Belanda, melainkan penjelajah lautan asal Inggris yang bekerja sebagai pucuk komando angkatan laut untuk VOC. Ia mengabdi kepada kompeni selama 1613-1623, sebelum akhirnya berbakti sebagai perwira kapal perang untuk negeri asalnya.