Kesaksian Prajurit Mataram Juluki Batavia Sebagai 'Kota Tahi'

By Mahandis Yoanata Thamrin, Jumat, 23 Juni 2017 | 19:07 WIB
Peta bertajuk 'Plattegrond in vogelvlucht van de belegering van Batavia in 1629' (pandangan mata burung tentang pengepungan Batavia pada 1629). Lukisan karya Jacobus van der Schley, diterbitkan oleh Pierre d' Hondt pada 1753. (Atlas Mutual Heritage)

Denah Kota Batavia sekitar 1627, setahun sebelum penyerangan Mataram ke Batavia. (Tropenmuseum/Collectie Stichting Nationaal Museum van Wereldculturen)
 
Tampak muara Sungai Ciliwung yang belum diluruskan, kelak berjulukan Kali Besar. Lukisan ini dibuat pada 1919-1921 yang merupakan reproduksi peta semasa karya Frans Florisz. van Berckenrode yang sudah lapuk (warisan J.P. Coen). Kawasan berbingkai merah menunjukkan lokasi Bastion Hollandia yang bersabuk parit, kubu di tenggara kota Batavia.
 
Peta Jakarta, orientasi ke arah timur. (Sumber: Esri, DigitalGlobe, GeoEye, Earthstar Geographics, CNES/Airbus DS, USDA, USGS, AEX, Getmapping, Aerogrid, IGN, IGP, Swis)
 
Kawasan berbingkai merah merupakan tapak Bastion Hollandia, salah satu titik serangan Mataram di Batavia pada 1628. Bandingkan dengan peta Batavia 1627 karya Frans Florisz. van Berckenrode di atasnya. 

Thomas Stamford Raffles juga menceritakan perihal sebutan "Kota Tahi" dalam bukunya yang bertajuk History of Java Volume II halaman 168, terbit di London pada 1817."...Pada waktu itu, karena orang-orang Belanda dapat dipukul oleh keganasan orang-orang Jawa, mereka terpaksa menggunakan batu-batuan sebagai ganti bola-bola besi untuk amunisi meriam. Namun usaha tersebut menemui kegagalan," tulis Raffles. "Sebagai usaha terakhir, mereka melemparkan kantong-kantong berisi kotoran yang berbau busuk sekali ke arah orang-orang Jawa, dan sejak saat itulah benteng itu dijuluki dengan nama Kota tai."