Penelitian sebelumnya memperkirakan produksi timbal meningkat dari awal mula munculnya metalurgi ke puncak Kekaisaran Romawi sekitar empat kali lipat. Selama rentang waktu yang sama, penelitian saat ini menemukan konsentrasi timbal dalam tulang manusia meningkat 4.000 kali lipat.
Hanya pada akhir Periode Abad Pertengahan tingkat timbal mulai menurun. Namun seribu tahun yang lalu, polusi timbal meningkat lagi, dampak penambangan perak di Jerman dan penemuan kekayaan Dunia Baru.
Pada periode itu, peningkatan polusi timbal di antara badan-badan manusia di Italia tidak begitu dramatis. Mungkin karena produksi timbal telah bergeser dari Eropa ke bagian dunia yang lebih terpencil.
Meski begitu, jelas bagi para peneliti yang mempelajari situs pemakaman tersebut bahwa telah terjadi peningkatan produksi timbal di seluruh dunia pada suatu abad terakhir.
Baca Juga: Penemuan Mengejutkan, Amazon Sudah Jadi Sumber Pencemar Udara di Dunia
Temuan dari sejarah adalah peringatan untuk masa depan. Dalam beberapa tahun terakhir, produksi timbal telah turun sedikit, tetapi permintaan logam berat itu secara umum meningkat.
Pada tahun 2050, beberapa estimasi memperkirakan akan ada lebih dari 1.000 persen peningkatan permintaan timbal, kobalt, dan nikel. Peningkatan ini terjadi seiring dengan naiknya permintaan akan elektronik, baterai, panel surya, dan turbin angin untuk membantu kita membatasi perubahan iklim yang tak terkendali.
"Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa peningkatan penggunaan beberapa logam beracun (termasuk timbal) saat ini dalam perangkat elektronik dan transisi ke produksi energi rendah karbon dapat segera tercermin dalam peningkatan konsentrasi logam ini pada manusia, terutama pada mereka yang tidak cukup beruntung untuk hidup di wilayah yang diatur dan dipantau," simpul para penulis studi dalam laporan mereka yang telah terbit di jurnal Environmental Science and Technology pada 16 Agustus 2021.
Baca Juga: Arkeolog Temukan Bukti Pembantaian Nazi di 'Lembah Kematian' Polandia
Pada tahun 2017, misalnya, Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) memperkirakan bahwa paparan timbal bertanggung jawab atas lebih dari 1 juta kematian dan hampir 25 juta tahun hilangnya kehidupan sehat di seluruh dunia. Negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah sejauh ini yang paling terpapar sehingga memiliki risiko kesehatan tertinggi.
Anak-anak di negara-negara ini sangat rentan terhadap logam berat. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak menyerap empat sampai lima kali lebih banyak timbal yang tertelan dibandingkan orang dewasa. Dan karena tubuh mereka masih tumbuh, akumulasi polutan tersebut dapat menyebabkan perkembangan yang parah.
"Hubungan erat antara tingkat produksi timbal dan konsentrasi timbal pada manusia di masa lalu, menunjukkan bahwa tanpa regulasi yang tepat kita akan terus mengalami dampak kesehatan yang merusak dari kontaminasi logam beracun itu," tegas Erel memperingatkan.
Sejarah telah memberi kita pelajaran agar kita tidak mengulangi kesalahan tersebut.
Baca Juga: Limbah Domestik Masih Dominan dalam Pencemaran Lingkungan Indonesia?