Tokek Ini Ditemukan Terjebak Dalam Ambar Selama Seratus Juta Tahun

By Wawan Setiawan, Rabu, 1 September 2021 | 12:00 WIB
Tokek yang terperangkap dalam ambar berusia sekitar 100 juta tahun. (Wolfgang Weitschat)

“Balok ambar lainnya memperlihatkan sejenis hewan yang sedang dalam perjalanan berubah bentuk menjadi bunglon,” Stanley menambahkan.

“Ini adalah perhentian setengah jalan yang menarik antara bunglon modern dan kelompok saudara dari bunglon, yaitu kadal naga,” terang Stanley, setelah ia melihat hasil CT scan spesimen tersebut.

Spesimen menunjukkan ia memiliki tulang belakang yang lebih pendek dengan tulang belakang yang lebih sedikit daripada kadal sepupunya, sehingga ia lebih mirip seperti bunglon yang hidup di pohon. Ia juga memiliki tulang hyoid yang panjang, yaitu tulang yang ada ditenggorokan bunglon untuk menembakkan lidah lengketnya dengan kecepatan tinggi ketika menangkap mangsanya yang lengah.

Baca Juga: Bukan Hanya Manusia, Tokek pun Juga Dikirim Menuju Luar Angkasa

Pemindaian mikro-CT dari fosil bunglon tertua yang diketahui ini menunjukkan tulang hyoid yang disorot dengan warna biru, yang menunjukkan bahwa kadal itu memiliki lidah proyektil seperti bunglon modern. (P. Natasha/histecho.com)

Stanley juga melaporkan bahwa ambar telah banyak membantu dalam penelitiannya. Ambar dapat melestarikan sesuatu ketika yang lain tidak bisa. Ambar hutan Myanmar yang memiliki kondisi hangat dan lembab membuat semuanya dapat terurai dengan cepat. Akan tetapi, sesuatu yang terperangkap dalam resin tidak terpengaruh akan hal itu.

Fosil-fosil yang ditemukan ini telah memberikan banyak petunjuk lain tentang kehidupan kadal pada masa yang lalu. Di mana kadal lebih memilih hidup merayap pada pohon dibandingkan dengan kadal masa kini yang lebih menyukai hidup di tanah.

George Poinar, ahli entomologi di Oregon State University yang dikenal karena penelitiannya tentang fosil ambar yang bukan bagian dari penelitian ini, mengatakan kepada Monitor, "Ini adalah proses fiksatif alami dalam resin.”

“Resin mengandung pengawet yang masuk ke dalam jaringan,” jelasnya.

"Pada saat yang sama, gula dalam resin menarik uap air dari spesimen. Kedua proses tersebut melestarikan jaringan organisme saat ambar mengeras di sekitarnya.” pungkas Poinar.

Baca Juga: Taytalura alcoberi, Reptil Purba Mirip Kadal dari 231 Juta Tahun Silam