Di Balik Jalur Perdagangan Rempah Nusantara, Ada Peran Perempuan Hebat

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 31 Agustus 2021 | 20:00 WIB
Prajurit Perempuan Mangkunagara dalam pagelaran 'Matah Ati'. Sebuah perpaduan antara rona anggun dan wibawa di medan laga. (Hafidz Novalsyah/National Geographic Indonesia)

Terkait peran perempuan Nusantara, sejarawan Trinity College Peter Carey mengungkap, dunia Nusantara tidak sama dengan Eropa. Perspektif polinesia menawarkan ketangguhan perempuan andil dalam perdagangan, dunia militer, hingga politik.

Contohnya seperti Kesultanan Aceh yang pernah dipimpin perempuan secara berturut yang mampu menjalin diplomatik dengan negara-negara Eropa. Atau ketangguhan Laksamana Malahayati yang mampu menumpas Cornelis de Houtman untuk menjaga kedaulatan Aceh di gerbang jalur rempah Nusantara.

"Dunia yang sudah tenggelam ini harus dibangkitkan lagi, agar perempuan bisa mengambil kesempatan yang sama," ujarnya dalam Simposium Internasional yang diadakan Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA), Senin (30/08/2021).

Lebih lanjut, Widya Nayati dari Departemen Arkeologi UGM, candi di pulau Jawa memiliki relief yang menggambarkan kehadiran wanita. Kebanyakan candi berada di tengah-tengah pulau Jawa, bukan di pesisir.

 Baca Juga: Kisah Perempuan: Menelisik Ketangguhan Perempuan Aceh di Masa Lalu

Perempuan Aceh yang dipotret sekitar 1901. (C.B Nieuwenhuis/KITLV 82872)

Hal itu menunjukkan bahwa jalur rempah masuk sampai pedalaman pulau, melalui aliran sungai yang menghubungkan pelabuhan di pesisir.

"Nah sungai-sungai ini seperti [pola] dendritik dan meander, itu menjadi jalur aktivitas barang ke pelabuhan dari pertukaran di daratan--di ujung-ujung pedalaman hutan," papar Widya. 

"Barang di pelabuhan itu banyak macamnya, karena para nelayan berhenti dari tempat ke tempat lainnya. Terjadi trading emporia, ketika ada nilai tukar itu ada pengangkutan, koin, musim, komunikasi, pajak, dan tempat berjualan, itu jad capital city, punya saudagar, dan raja."

Perempuan hadir sebagai pendamping, pengerajin atau produsen, dan pelaku perdagangan, ujar Widya. Barang-barang kerajinan itu bahkan dibawa keluar Nusantara, dan sisanya bisa ditemukan di laut akibat kapal jalur rempah yang karam.

Benda-benda berharga dari luar Nusantara seperti Dinasti Umayyah dan Dinasti Tang banyak ditemukan di pedalaman pulau. Widya menemukan banyak cincin yang dinilai sebagai benda berharga pada masanya di sekitar Borobudur, mulai dari yang berukuran kecil untuk anak-anak, hingga besar untuk dewasa baik perempuan maupun laki-laki.

Baca Juga: Mencari Kembali Peradaban laut dan Jalur Budaya Rempah Nusantara