Setelah Indonesia merdeka, kharisma gedung ini kian meluntur. Sebuah kejadian yang tidak harmonis menimpa Harmonie: pada April 1985 ayunan martil dan godam menghajarnya, lalu mereka memutilasi kejelitaannya yang renta. Lalu, mencampakkan begitu saja sejarah penanda kota Jakarta itu. Harmonie dibongkar demi sebuah perluasan Jalan Majapahit dan halaman Kantor Sekretariat Negara. Lenyap sudah gedung yang menjadi penanda cikal bakal Museum Nasional dan Perpustakaan Nasional kita. Keduanya merupakan dua lembaga ilmu pengetahuan tertua di Indonesia.
Saat pembongkaran terjadi, kebetulan seorang gadis pelajar SMA di Jakarta, dengan rasa ingin tahu, melintas dan memasuki Harmonie. Gadis itu bernama Alexandra N. Mahartiani.
Baca Juga: Empat Anak Raffles Wafat di Bengkulu. Di manakah Nisan Mereka?
Baca Juga: Rupanya Thomas Raffles Bukanlah Penemu Rafflesia. Lantas Siapakah Penemu Sebenarnya?
Sekitar 25 tahun kemudian Alexandra bercerita kepada saya. Ketika dia mengunjungi Harmonie awal 1985, lantai marmer, pilar-pilar beranda dan ruangan dalam, masih belum dibongkar. Namun, sebagian dinding belakang, jendela dan pintu berkisi sudah hilang. Lampu hias yang tergantung di langit-langit pun sudah amblas. Keadaan bangunan sangat kacau dengan debris di mana-mana, demikian Alexandra berkisah.
“Aku menyesal sekali tidak datang ke situ tahun sebelumnya,” kenangnya, “dan saat itu aku datang dengan kecewa, menyentuhnya, dan mengucapkan selamat tinggal. Itulah terakhir kali aku melihatnya masih berdiri.”