Selain itu dalamnya juga beberapa tembikar berbagai ukuran, berlubang dengan berkualitas tinggi, dan dicat putih dengan dekorasi abstrak. Para peneliti menyebutnya sebagai tembikar lukis paling awal yang diketahui dunia, dan tidak ditemukan semacam itu di situs lain yang berhubungan dari periode masa itu.
Pada kendi yang mengandung bir, hasil itu diungkap lewat analisis residu mikrofosil seperti pati, fitolit (sisa tanaman yang menjadi fosil), dan jamur. Analisis itu mengesktrak bagi permukaan bagian dalam bejana. Hasil residu dibandingkan dengan sampel kontrol yang diperoleh dari tanah di sekitar bejana lain di sekitarnya.
Hasilnya, residu mikrobiotani dan mikroba semacam jamur dan ragi ditemukan di dalam kendi. Asalnya adalah bahan untuk fermentasi bir, dan tidak ditemukan secara alami sebagai dampak dari tanah atau terpapar artefak lain, kecuali jika memang mengandung alkohol.
Baca Juga: Bir Sudah Ada di Zaman Kuno, Mari Lihat Peradaban yang Doyan Mabuk
"Melalui analisis residu kendi dari Qiaotou, hasil kami mengungkapkan bahwa wadah tembikar digunakan untuk menampung bir, dalam pengertian yang paling umum—minuman fermentasi yang terbuat dari beras (Oryza sp.), biji-bijian yang disebut Jali (Coix lacryma), dan umbi-umbian yang tidak dikenal," kata Jiajing Wang, dikutip dari Eurekalert.
Hasil penelitian juga menunjukkan adanya sekam padi dan tanaman lain pada residu kendi. Wang dan tim memperkirakan, kandungan itu muncul sebagai bahan tambahan pada bir untuk fermentasi.
Peradaban Tiongkok selatan kuno di sepanjang lembah Sungai Yangtze, domestikasi beras baru terjadi secara bertahap antara 10.000 dan 6.000 tahun silam. Para peneliti memperkirakan, hasil penanggalan 9.000 tahun ini menandakan penggunaan beras masih sangat awal didomestikasi manusia.
Baca Juga: Kerangka Sepasang Kekasih di Tiongkok: Bukti Pengorbanan Cinta