Nationalgeographic.co.id - "Cinta sehidup semati", sebuah ungkapan yang sering kita dengar dari cerita romansa yang sekilas terkesan hubungan percintaan yang abadi. Frasa itu bisa ditemukan dalam pengorbanan cinta ala Romeo dan Juliet yang dibuat William Shakespeare.
Bukan sekadar kisah fiksi belaka. Beberapa temuan arkeologis telah menemukan kerangka dua sejoli yang membawa cintanya hingga kepada kematian, dan mati bersama dalam pelukan. Seperti kerangka 'Sejoli Hasanlu' di Iran terkadang disebut sebagai ciuman terabadi, dan 'Sejoli dari Modena' di Italia yang keduanya berjenis kelamin pria.
Sedangkan yang terbaru, para arkeolog menemukan sisa kerangka dua kekasih yang terkubur bersama sejak 1.500 tahun silam. Mereka menemukan kuburan itu pada Juni 2020 di Xianbei, kawasan utara Tiongkok.
Kerangka kekasih itu adalah seorang pria dan wanita yang menggunakan cincin logam di jari manis kirinya. Para peneliti lewat makalah berjudul Eternal love locked in an embrace and sealed with a ring: A Xianbei couple's joint burial in North Wei era, China (386-534 CE) di International Journal of Osteoarchaeology memperkirakan, perempuan itu mengobarkan dirinya agar bisa dimakamkan bersama lakli-laki yang kemungkinan adalah suaminya.
Baca Juga: Penemuan Fosil Langka Jaringan Saraf, Ungkap Evolusi Otak Artropoda
Dugaan itu disebabkan penguburan laki-laki dan perempuan dalam satu liang adalah hal yang jarang di Tiongkok. Sedangkan kondisi kerangka ini saling terkunci dalam pelukan dengan kesan cinta yang berani. Para peneliti menulis, kerangka seperti ini adalah jenis yang pertama di negera itu, dan mungkin mencerminkan perubahan sikap budaya tentang cinta.
"Ini adalah [pasangan] pertama yang ditemukan dalam pelukan cinta, seperti itu, di mana saja kapan saja di Tiongkok," ujar pemimpin penelitian Qian Wang, dikutip dari Live Science. Dia adalah seorang profesor Department of Biomedical Sciences di Texas A&M College of Dentistry.
Karena terbilang unik kuburan pasangan itu, para arkeolog memutuskan untuk tidak menggali sisa-sisa kerangka itu sepenuhnya. Tim penelitian itu membiarkan mereka saling terjalin agar keduanya bisa dipajang di pameran museum di masa mendatang.
Pada kerangka pria, tingginya diperkirakan sekitar 161,5 sentimeter dan memiliki beberapa cedera di tubuhnya, termasuk patah lengan, jari di tangan kanannya ada yang hilang, dan taji tulang di kaki kanannya. Diperkirakan dia meninggal di usia 29 hingga 35 tahun, tulis para peneliti.
Sedangkan yang wanita, dia cukup sehat ketika meninggal. Tingginya sekitar 157,1 sentimeter, dengan masalah sedikit di gigi, seperti gigi berlubang, dan diperkirakan meninggal saat berusia antara 35 hingga 40 tahun.
Cincin yang digunakan di jari manisnya itu diperkirakan adanya pengaruh "oleh kebiasaan dari wilayah barat dan sekitarnya yang dibawa lewat Jalur Sutra ... dan asimilasi masyarakat Xianbei, yang mencerminkan intergrasi budaya Tiongkok dan Barat," ujar Wang.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR