"Mereka tak memiliki keluarga dan kekasih, membuatnya selalu bersama, dan sepenuhnya bergantung satu sama lain" tulisnya. Menariknya, mereka berdua adalah seorang yang agamis, namun memiliki keyakinan yang berbeda. "Samir adalah orang Kristen, sedangkan Muhammad adalah Muslim" tambahnya.
Mereka tinggal di dalam satu kamar yang sama, Keduanya juga bekerja di sebuah kedai kopi. Mereka saling menopang dan menjalani kehidupan bersama, meski secara prinsip dan kepercayaan, mereka berpegang teguh dengan kepercayaan mereka masing-masing.
"Perbedaan ini sangat terlihat karena ketaatan mereka pada agamanya masing-masing, tetapi itu tidak menghalangi Samir dan Muhammad untuk menjadi sahabat setia dan selalu bekerja sama" tulis Williams.
Baca Juga: Tugu Peringatan Perang Berusia 4.000 Tahun Teridentifikasi di Suriah
Mereka menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih besar, yaitu untuk mendapatkan satu tujuan yang sama, mencapai kehidupan sebagaimana orang lain dengan saling melengkapi satu sama lain.
"Uniknya persahabatan mereka, berada ditengah gejolak saling singgungnya antar umat beragama di Syria (Suriah)" tambahnya. Saat itu (abad ke-19), di negara-negara Arab sedang banyak terjadi resistensi bahkan konfrontasi berlatar belakang ras, etnik, budaya, hingga keagamaan.
Kristen dan Islam yang sedang berseteru, Arab dan Kurdi yang sedang terlibat konflik, Syiah dan Sunni yang tercerai berai, hingga Israel dan Palestina yang saling berperang. Berbagai konflik di tanah Arab saat itu, tak sedikitpun memengaruhi persahabatan mereka. Sampai pada akhirnya, mereka harus berpisah.
Baca Juga: Kisah Dua Pengantin Anak Suriah yang Menikah di Usia 14 Tahun