Kecerdasan Buatan Bisa Bantu Tenaga Kesehatan Merawat Pasien COVID-19

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 6 September 2021 | 08:00 WIB
Ilustrasi penggunaan ventilator di rumah sakit terhadap pasien COVID-19. Lewat temuan AI, menentukan pasien yang membutuhkan akan lebih mudah. (Halfpoint/Shutterstock)

"[Alat] Itu mungkin penting bagi dokter saat mereka merencanakan cara merawat pasien—dan, tentu saja, untuk diketahui pasien dan keluarganya," kata penulis sutdi Anant Madabhushi, profesor Biomedical Engineering di Case Western Reserve, dikutip dari rilis. "Ini juga penting bagi rumah sakit karena mereka menentukan berapa banyak ventilator yang mereka butuhkan."

Urgensi penemuan ini terletak pada kebutuhan pasien akan ventilator. Sebab, di antara gejala yang lebih umum dari kasus COVID-19, ventilator menjadi sangat penting agar para pasien bisa bernapas menghirup oksigen, terlebih yang kondisinya sudah parah.

Madabhushi menjelaskan, sejak awal pandemi sudah diperkirakan ventilator akan dibutuhkan di mana-mana. Minimnya ketersediaan bahkan membuat pihak rumah sakit mulau 'membagi' ventilator pada lebih dari satu pasien.

Walau vaksinasi meningkat di tahun ini yang diperkirakan pada awalnya bisa mengurangi tingkat rawat inap di rumah sakit, tetapi ventilator akan tetap sangat dibutuhkan. Terlebih kemunculan vairan baru seperti Delta dan Mu yang menyebabkan kembalinya krisis ventilator di sejumlah negara.

“Ini bisa menjadi keputusan yang memilukan bagi rumah sakit—memutuskan siapa yang akan mendapatkan bantuan paling banyak untuk melawan penyakit agresif,” kata Madabhushi.

Baca Juga: Antibodi yang Kuat, Harapan dari Dalam Tubuh Melawan Varian COVID-19

Gambar hasil pemindaian alat CT scan pada pasien COVID-19. Nampak perbedaan pada daerah paru-paru yang membutuhkan ventilator alat bantu pernapasan (warna kuning dan merah). (Anant Madabhushi et al)

Selain itu, dia memandang dokter dan tenaga kesehatan belum memiliki cara yang konsisten dan andal untuk mengidentifikasi pasien COVID-18 yang baru dirawat, agar diketahui akan membutuhkan ventilator atau tidak.

CT scan dalam alat ini bekerja dengan sistem bantuan pembelajaran mendalam komputer, atau kecerdasan buatan. Sehingga alat ini memiliki fitur khusus pada pasien yang kemudian nantinya dapat dibawa ke unit perawatan intensif (ICU) agar mendapatkan alat bantuan pernapasan.

Amogh Hiremath, mahasiswa pascasarjana di lab Madabhushi yang menjadi penulis utama makalah mengatakan, pola pada CT scan memang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Untuk itu, agar penggunanya bisa mengetahui mana pasien yang sangat membutuhkan ventilator, harus dibaca melalui komputer.

Baca Juga: Penularan Covid-19 Melandai, Pemerintah Imbau Masyarakat Tetap Disiplin Prokes Sebelum Beraktivitas

 

"Alat ini akan memungkinkan pekerja medis untuk memberikan obat-obatan atau intervensi suportif lebih cepat untuk memperlambat perkembangan penyakit," kata Hiremath.

"Dan itu akan memungkinkan identifikasi awal mereka yang berisiko lebih tinggi mengembangkan sindrom gangguan pernapasan akut yang parah—atau kematian. Ini adalah pasien yang menjadi kandidat pengguna ventilator yang ideal."

Selanjutnya, Madabhushi berharap dapat menggunakan hasil tersebut untuk mencoba alat komputasi CT sccan-nya secara real time di University Hospitals dan Louis Stokes Cleveland, Virginia, Amerika Serikat pada pasien COVID-19.

Bila nantinya berhasil, para tenaga medis di keduar rumah sakit itu dapat mengunggah gambar digital pemidaian pada dada ke penyimpanan aplikasi berbasis cloud. Dengan cara itu, AI akan menganalisisnya dan memprediksi pasien mana yang kemungkinan akan membutuhkan ventilator.

Baca Juga: ASI dari Ibu yang Divaksin COVID-19 Mengandung Antibodi Baik bagi Bayi