Nationalgeographic.co.id - Banyaknya pasien COVID-19 di rumah sakit kerap membuat tenaga kesehatan kelimpungan. Tak banyak kejadian pasien yang akhirnya meninggal dunia karena tidak sempat terawat dengan baik, akibat minimnya tersedia peralatan untuk perawatan.
Para peneltii di Case Western Reserve University telah mengembangkan alat daring yang dapat membantu tenaga kesehatan dapat melakukan perawatan yang tepat pada pasien COVID-19. Alat itu dapat menentukan pasien mana yang sangat memerlukan bantuan bernapas seperti ventilator.
Alat ini dikembangkan melalui analisis CT scan dari hampir 900 pasien COVID-19 di Amerika Serikat dan Tiongkok yang didiagonisis pada tahun 2020. Lewat teknologi yang mengandalkan sistem berbasis kecerdasan buatan (AI), prediksi kebutuhan ventilator dapat akurat hingga 84 persen.
Temuan itu dilaporkan dalam IEEE Journal of Biomedical and Health Informatics, berjudul Integrated Clinical and CT based Artificial Intelligence nomogram for predicting severity and need for ventilator support in COVID-19 patients: A multi-site study, dan dipublikasikan 13 Agustus lalu.
"[Alat] Itu mungkin penting bagi dokter saat mereka merencanakan cara merawat pasien—dan, tentu saja, untuk diketahui pasien dan keluarganya," kata penulis sutdi Anant Madabhushi, profesor Biomedical Engineering di Case Western Reserve, dikutip dari rilis. "Ini juga penting bagi rumah sakit karena mereka menentukan berapa banyak ventilator yang mereka butuhkan."
Urgensi penemuan ini terletak pada kebutuhan pasien akan ventilator. Sebab, di antara gejala yang lebih umum dari kasus COVID-19, ventilator menjadi sangat penting agar para pasien bisa bernapas menghirup oksigen, terlebih yang kondisinya sudah parah.
Madabhushi menjelaskan, sejak awal pandemi sudah diperkirakan ventilator akan dibutuhkan di mana-mana. Minimnya ketersediaan bahkan membuat pihak rumah sakit mulau 'membagi' ventilator pada lebih dari satu pasien.
Walau vaksinasi meningkat di tahun ini yang diperkirakan pada awalnya bisa mengurangi tingkat rawat inap di rumah sakit, tetapi ventilator akan tetap sangat dibutuhkan. Terlebih kemunculan vairan baru seperti Delta dan Mu yang menyebabkan kembalinya krisis ventilator di sejumlah negara.
“Ini bisa menjadi keputusan yang memilukan bagi rumah sakit—memutuskan siapa yang akan mendapatkan bantuan paling banyak untuk melawan penyakit agresif,” kata Madabhushi.
Baca Juga: Antibodi yang Kuat, Harapan dari Dalam Tubuh Melawan Varian COVID-19
Selain itu, dia memandang dokter dan tenaga kesehatan belum memiliki cara yang konsisten dan andal untuk mengidentifikasi pasien COVID-18 yang baru dirawat, agar diketahui akan membutuhkan ventilator atau tidak.
CT scan dalam alat ini bekerja dengan sistem bantuan pembelajaran mendalam komputer, atau kecerdasan buatan. Sehingga alat ini memiliki fitur khusus pada pasien yang kemudian nantinya dapat dibawa ke unit perawatan intensif (ICU) agar mendapatkan alat bantuan pernapasan.
Amogh Hiremath, mahasiswa pascasarjana di lab Madabhushi yang menjadi penulis utama makalah mengatakan, pola pada CT scan memang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Untuk itu, agar penggunanya bisa mengetahui mana pasien yang sangat membutuhkan ventilator, harus dibaca melalui komputer.
Baca Juga: Penularan Covid-19 Melandai, Pemerintah Imbau Masyarakat Tetap Disiplin Prokes Sebelum Beraktivitas
"Alat ini akan memungkinkan pekerja medis untuk memberikan obat-obatan atau intervensi suportif lebih cepat untuk memperlambat perkembangan penyakit," kata Hiremath.
"Dan itu akan memungkinkan identifikasi awal mereka yang berisiko lebih tinggi mengembangkan sindrom gangguan pernapasan akut yang parah—atau kematian. Ini adalah pasien yang menjadi kandidat pengguna ventilator yang ideal."
Selanjutnya, Madabhushi berharap dapat menggunakan hasil tersebut untuk mencoba alat komputasi CT sccan-nya secara real time di University Hospitals dan Louis Stokes Cleveland, Virginia, Amerika Serikat pada pasien COVID-19.
Bila nantinya berhasil, para tenaga medis di keduar rumah sakit itu dapat mengunggah gambar digital pemidaian pada dada ke penyimpanan aplikasi berbasis cloud. Dengan cara itu, AI akan menganalisisnya dan memprediksi pasien mana yang kemungkinan akan membutuhkan ventilator.
Baca Juga: ASI dari Ibu yang Divaksin COVID-19 Mengandung Antibodi Baik bagi Bayi