Mengapa Warna Biru Sangat Sulit Ditemukan di Alam Liar?

By Agnes Angelros Nevio, Sabtu, 11 September 2021 | 13:00 WIB
Lapis Lazuli yang sangat langka dan mahal. Karena mahal, orang Mesir akhirnya membuat pigmen sintetis, yaitu Biru Mesir. (thecrystalcouncil.com)

Adapun mineral, struktur kristalnya berinteraksi dengan ion (bermuatan atom atau molekul) untuk menentukan bagian mana dari spektrum yang diserap dan mana yang dipantulkan. Mineral lapis lazuli, yang hanya ditambang di Afganistan dan menghasilkan ultramarine pigmen biru langka, mengandung ion trisulfida—tiga belerang yang terikat oleh atom bersama di dalam kisi kristal—yang dapat melepaskan atau mengikat suatu elektron.

"Perbedaan energi itulah yang menciptakan warna biru," kata Kupferschmidt.

Warna biru hewan tidak berasal dari pigmen kimia. Sebaliknya, mereka mengandalkan fisika untuk menciptakan tampilan biru. Kupu-kupu bersayap biru dalam morfogenesis memiliki struktur nano berlapis yang rumit pada sisik sayapnya yang memanipulasi lapisan cahaya sehingga beberapa warna meniadakan satu sama lain dan hanya warna biru yang dipantulkan; efek serupa terjadi pada struktur yang ditemukan pada bulu Blue Jay (Cyanocitta cristata), sisik ikan Leter Enam atau yg lebih dikenal dengan ikan dory (Paracanthurus hepatus) dan cincin berkedip milik gurita cincin biru (Hapalochlaena maculosa).

Nuansa biru pada mamalia bahkan lebih jarang ditemukan daripada hewan-hewan seperti burung, ikan, reptil, dan serangga. Beberapa paus dan lumba-lumba memiliki kulit kebiruan; primata seperti monyet berhidung pesek emas (Rhinopithecus roxellana) memiliki wajah berkulit biru; dan mandrill (Mandrillus sphinx) memiliki wajah biru dan bokong biru. Namun bulu—sifat yang dimiliki oleh sebagian besar mamalia darat—tidak pernah secara alami berwarna biru cerah (setidaknya, tidak dalam cahaya yang bisa dilihat mata. Para peneliti baru-baru ini menemukan bahwa bulu platipus bersinar dalam nuansa biru dan hijau yang terang saat terkena sinar ultraviolet (UV).

Baca Juga: Teka-teki Puluhan Tahun terkait Warna Bulu Anjing Akhirnya Terpecahkan

"Tapi butuh banyak usaha untuk para hewan menghasilkan warna biru ini, dan pertanyaan lainnya menjadi: Apa alasan evolusioner untuk membuat warna biru dan apa insentifnya?" kata Kupferschmidt. "Hal yang menarik ketika Anda melihat lebih dalam ke dunia hewan ini adalah, pertanyaan tentang siapa penerima pesan ini dan dapatkah mereka melihat warna biru?"

Misalnya, sementara manusia memiliki tiga jenis reseptor penginderaan cahaya di mata mereka, burung memiliki jenis reseptor keempat untuk melihat dalam mode sinar UV.

“Bulu yang tampak biru di mata manusia sebenarnya memantulkan lebih banyak sinar UV daripada cahaya biru," jelas Kupferschmidt. Dengan alasan itu, burung-burung seperti Eurasian blue tit (Cyanistes caeruleus) "mungkin akan menyebut diri mereka 'UV tits,' karena itulah yang kebanyakan mereka lihat," lanjutnya.

Kupferschmid Menjelaskan bahwa kelangkaan warna biru di alam, menyebabkan ‘kata biru’ relatif terlambat diciptakan oleh bahasa di seluruh dunia, bahkan kata tersebut muncul setelah kata hitam, putih, merah, dan kuning.